Terorisme Masih Ada, Tokoh Katolik: BPIP Jangan Main Di Tingkat Elitis Saja

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/faisal-aristama-1'>FAISAL ARISTAMA</a>
LAPORAN: FAISAL ARISTAMA
  • Senin, 05 April 2021, 20:13 WIB
Terorisme Masih Ada, Tokoh Katolik: BPIP Jangan Main Di Tingkat Elitis Saja
Tokoh Katolik Yohanes Handojo/RMOL
rmol news logo Salah satu faktor kemunculan aksi terorisme dinilai kembali terjadi karena kurangnya sosialisasi ideologi bangsa yang dilakukan oleh pemangku kepentingan.

Kurangnya sosialisasi atas ideologi bangsa mengakibatkan terjadinya pembiaran berkembangnya pandangan atau paham yang berbeda. Di samping itu, perilaku terorisme juga bisa disebabkan adanya kesenjangan pola pikir, ekonomi, perlakuan hukum yang dirasa kurang adil dan lain-lain.

Demikian disampaikan tokoh agama Katolik, Yohanes Handojo dalam sarasehan kebangsaan ke-42 Dewan Nasional Pergerakan Indonesia Maju (DN-PIM) bertajuk 'Aksi Teror Mengapa Terulang Lagi?' pada Senin (5/3).

Menurutnya, pihak yang paling bertanggung jawab dalam sosialisasi ini adalah Badan Pembinaan Idelogi Pancasila (BPIP) dengan dibantu stakeholder terkait.

"Lembaga BPIP harus lebih berperan dan bukan hanya di tingkat
elitis saja. Harus masuk sampai ke daerah-daerah," kata Yohanes.

Tak hanya itu, peran Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) juga harus lebih dirasakan oleh masyarakat sebagai perekat keberagaman dan berani melawan paham-paham radikal.

"Peran Densus 88 tidak hanya melakukan deteksi dan penindakan, tetapi juga harus bekerja sama dengan lembaga BPIP dan FKUB dalam melakukan tindakan persuasi. Tindakan pencegahan harus sudah mulai dilakukan sejak awal dengan pemberdayaan beberapa lembaga tersebut di atas," tegasnya.

Baginya, terorisme merupakan bagian sesat pikir dari sekelompok orang yang mempunyai tujuan tertentu untuk menghalalkan segala cara.

Yohanes menegaskan, tidak ada agama mana pun di Indonesia yang mengajarkan umat atau jamaahnya menyakiti diri sendiri atau merugikan orang lain.

"Terorisme memakai ajaran agama sebagai kedok untuk mencapai tujuannya. Sebagaimana halnya apabila orang melakukan tindakan korupsi, maka itu tidak ada hubungan dengan agama yang dianut oleh koruptor tersebut," pungkasnya.

Selain Yohanes, turut hadir para pemuka lintas agama dalam acara sarasehan DN-PIM yang diketuai oleh Prof Din Syamsuddin tersebut yakni Pdt Patar Napitupulu dari agama Protestan, Yohanes Handojo dari agama Katolik.

Kemudian, Philips K Widjaya dari agama Budha, KRHT Astono Chandra dari agama Hindu, dan KH Amidhan Shaberah dari Islam dan Uung dari Konghucu. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA