Begitu tegas pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin saat berbincang dengan
Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (17/3).
Pernyataan ini menanggapi apa yang disampaikan wartawan senior Kompas Yophiandi Kurniawan dalam webinar bertajuk “Refleksi Konstruksi Historis PDI Perjuangan : Dari PNI 1927 ke PDI 1973 ke PDI Perjuangan†beberapa waktu lalu.
Menurut Yophiandi, regenerasi merupakan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan dalam waktu dekat oleh PDI Perjuangan.
Yophiandi menyampaikan setidaknya ada dua skenario kepemimpinan baru PDI Perjuangan. Pertama melanjutkan trah Megawati, yang kedua menyerahkan bangku pimpinan ke Jokowi dan Budi Gunawan.
Ujang Komarudin menilai sepakat dengan hal itu. Menurutnya, simbol baru yang dapat mempersatukan dan tetap bisa membesarkan PDIP seperti Megawati harus segera dicari.
“Regenerasi kepemimpinan di PDIP itu suatu keniscayaan. Karena tak mungkin juga Megawati menjadi Ketum PDIP seumur hidup,†ujarnya.
Untuk itu, sambung Ujang, para senior PDIP harus mulai berpikir kepemimpinan yang berkelanjutan. Mereka harus legawa membuka jalan untuk anak mudak menjadi pemimpin partai.
Namun demikian, Ujang tidak sepakat jika pucuk pimpinan PDIP itu diserahkan kepada Presiden Joko Widodo atau Kepala BIN Budi Gunawan (BG). Sebab, keduanya sudah masuk dalam kelompok tua.
“Jika PDIP jatuh ke BG atau Jokowi itu bukan regenerasi. Tapi sudah sama-sama tua. Namun jika kepemimpinan baru itu disematkan kepada yang muda-muda, itu bisa disebut regenerasi,†ujarnya.
Pilihannya, kata Ujang, adalah mempersiapkan anak muda yang punya kapasitas untuk memimpin PDIP, baik dari trah Soekarno maupun bukan.
BERITA TERKAIT: