Menurut pengamat politik dari Universitas Airlangga, Airlangga Pribadi Kusman, setidaknya ada tiga indikator pelemahan demokrasi Indonesia.
“Pertama, maraknya koersi dilakukan. Kedua, bagaimana negara menggunakan memanfaatkan hukum untuk melemahkan supremasi hukum. Ketiga, negara melalukan mobilisasi terhadap media-media sosial dan media
online,†kata Airlangga dalam diskusi virtual LP3ES Jakarta, bertajuk 'Depotisme dan Kemunduran Demokrasi', Senin (18/1).
Dia menerangkan, mobilisasi terhadap media sosial dan media
online dilakukan untuk membentuk
social concept terhadap tindakan yang dilakukan negara.
“Untuk melihat dan memperkaya bagaimana menganalisis persoalan di Indonesia, kami meminjam analisis dari luar yakni
new depotism,†imbuhnya.
Airlangga mengatakan, bagi masyarakat yang melakukan kritik terhadap pemerintahan akan dibuat framing yang buruk dengan menempatkan para kritikus sebagai
enemy of the nation.
“Rezim
new despotism, mereka tahu betul melakukan upaya-upaya yang diperkuat otoritas kekuasaannya dalam bernegara dalam tatannan politik demokratik. Ini yang menjadi pembeda,†tandasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: