Belum lagi, pro dan kontra tidak bisa dihindari soal pemutaran film G30S/PKI yang memuat bengisnya kelompok berlogo palu arit itu.
Jurubicara Presiden Abdurahman Wahid, Adhie Massardie berpendapat, isu komunis dan kebangkitan PKI hal yang wajar jika kemudian diperingati setiap tahun menjelang peristiwa kelam pada malam Jumat legi tahun 1965 itu.
“Menurut saya wajar dan tidak ada masalah, saat kita mengingat hal buruk ini agar tidak lagi terulang kejadian seperti ini (pemberontakan PKI),†kata Adhie saat bicara dalam program Tanya Jawab Cak Ulung yang diselenggarakan
Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (1/10).
Menurut Adhie, mengingat kebiadaban PKI sama halnya seperti mengenang kematian ayah dan ibu sendiri, seperti tradisi tahlilan.
Deklarator Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) ini kemudian mencontohkan, seperti negara yang setiap tanggal 17 Agustus memperingati hari kemerdekaan sebagai bentuk syukur dan merefleksikan diri untuk mengisi kemerdekaan.
“Nah kalau peristiwa G30S/PKI ini peristiwa kelam bangsa ini yang hampir menjerumuskan kita perang saudara. Ya kita ingatkan, ini loh (30 September) adalah hari yang traumatik bagi kita,†papar Adhie.
Dengan mengingat itu, publik menjadi sadar bahwa kedepannya harus memiliki sikap waspada dan mengetahui tanda-tanda terjadinya gerakan 30 September dikemudian hari.
Adhie menjelaskan, proses pemberontakan itu bukan hitungan jam saja seperti yang dimuat dalam film G30S/PKI.
“Prosenya (pemberontakan PKI) panjang, mulai dari tahun 1948, lalu 1965, ada Nasakom (nasionalis-komunis),†tandas Adhie.
Namun Adhie menyayangkan, upaya mengingatkan bahaya laten komunis yang selama ini dilakukan hanya sebatas melakukan pemutaran film G30S/PKI.
Padahal, menurut Pria yang juga Koordinator Gerakan Indonesia Bersih ini, yang penting dan harus dipahami publik itu mengapa peristiwa pemberontakan PKI secara kejam itu bisa terjadi.
“Jadi bukan setiap September kita hanya membahas film saja,†demikian Adhie.
BERITA TERKAIT: