Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mardani Ali Sera, menilai pidato orang nomor satu di Indonesia di forum PBB tersebut sarat dengan makna ingin mendapat belas kasihan dari negara-negara lain.
Menurut Mardani, pernyataan Kepala Negara diibaratkan sebagai seruan dari pihak yang lemah. Sebab, angka kasus Covid-19 di Indonesia masih cukup tinggi, sementara pembuatan vaksin dalam negeri hingga perekonomian nasional belum membaik.
"Seruan yang baik oleh pihak yang lemah. Kesannya minta dikasihi," ujar Mardani Ali Sera saat berbincang dengan
Kantor Berita Politik RMOL di Jakarta, Rabu (23/9).
"Jika angka Covid-19 kita rendah, kita terdepan dalam riset vaksin Covid-19, dan ekonomi kita tangguh, maka seruan ini bermakna Indonesia siap menjadi pemain utama dunia," sambungnya.
Mardani menambahkan, alih-alih menadi pemain utama di dunia internasional, Indonesia justru mengalami perubahan stigma soal vaksin lantaran kondisi kasus Covid-19 yang terus meningkat hingga kompleksitas persoalan ekonomi yang belum membaik.
Ini semua disinyalir karena penanganan pandemi Covid-19 atau aspek kesehatan belum dapat dikendalikan.
"Semua persepsi berubah karena vaksin tidak akurat. Karena untuk polio dan cacar pun perlu puluhan tahun untuk melenyapkannya dari seluruh penjuru dunia dengan tetap saja ada peluang kembali muncul. Belum lagi varian virusnya terus berkembang," demikian Mardani Ali Sera.
Sebelumnya, saat berpidato di Sidang Umum PBB, Selasa malam (22/9) waktu Amerika Serikat, Presiden Jokowi menekankan adanya kerja sama penanganan dampak virus corona.
Presiden menegaskan bahwa vaksin Covid-19 akan menjadi
game changer dalam perang melawan pandemi. Untuk itu, dia menekankan agar semua negara mendapatkan akses yang sama ke untuk mendapatkan vaksin.
"Kita harus bekerja sama untuk memastikan bahwa semua negara mendapatkan akses setara terhadap vaksin yang aman dan dengan harga terjangkau," ujar Jokowi dalam pidato yang ditayangkan langsung akun YouTube Sekretariat Presiden, Rabu pagi (23/9).
BERITA TERKAIT: