PDIP Hati-hati Pilih Calon Karena Kursi Surabaya Satu Bisa Jadi Loncatan Karir Politik

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/angga-ulung-tranggana-1'>ANGGA ULUNG TRANGGANA</a>
LAPORAN: ANGGA ULUNG TRANGGANA
  • Selasa, 01 September 2020, 14:15 WIB
PDIP Hati-hati Pilih Calon Karena Kursi Surabaya Satu Bisa Jadi Loncatan Karir Politik
Ilustrasi PDIP/Net
rmol news logo Kehati-hatian PDIP dalam menentukan pasangan calon di pemilihan walikota (Pilwakot) Surabaya karena menjadi pemimpin di Kota Pahlawan dapat dijadikan batu loncatan karir politik.

Analis politik yang juga Direktur Indopolling Network, Wempy Hadir mengatakan, sikap kehati-hatian PDIP merekom calon menunjukkan bahwa Pilwakot Surabaya mempunyai nilai lebih. Alasannya, Surabaya adalah kota metropolitan penting di Indonesia.

"Nilai lebih yang saya maksudkan adalah bahwa siapa yang akan didorong dalam Pilwali kota Surabaya bisa menjadi batu loncatan untuk karir politik. Akses informasi dan publikasi begitu mudah sehingga memudahkan bagi hampir seluruh rakyat Indonesia bisa mengenal siapa Walikota Surabaya," demikian kata Wemoy saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (1/9).

Wempy memandang, siapapun yang nanti terpilih menjadi Walikota Surabaya memiliki potensi naik kelas menjadi gubernur, menteri atau bahkan Presiden. Atas dasar itulah, PDIP nampak mengkalkulasi betul siapa figur yang tepat diusung untuk menggantikan Tri Rismaharini.

"Mengapa partai politik melakukan kalkulasi yang matang sebelum menentukan sikap dalam memberikan rekomendasi kepada figur tertentu," demikian kata Wempy,

Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan bahwa pengumuman calon Walikota Surabaya memang sengaja ditaruh di bagian akhir fase pengumuman.

Kota Surabaya, lanjut Hasto, dianggap PDIP sebagai panggung politik utama setelah Jakarta. Karenanya, kota pahlawan itu, bagi partai moncong putih, tidak hanya kota terbesar kedua Indonesia tapi juga telah menjadi best practices kota sederet prestasi.

Sejak awal ada dua pasangan calon yang dikabarkan menguat di internal PDIP. Wisnu Sakti Buana-Zahrul Azhar Asumta (Gus Hans) dan Eri Cahyadi yang berpasangan dengan Armuji. Eri Cahyadi merupakan seorang birokrat dan disebut-sebut adalah orang dekat Walikota Surabaya, Tri Rismaharini.

Senin (31/8) kemudian beredar di media sosial whatsapp, SK pencalonan Puti Guntur Soekarno berpasangan dengan Lilik Arijanto. Terkait dengan SK pencalonan Puti, DPP PDIP Bambang Wuryano tidak menyalahkan dan juga tidak mengiyakan.

Sedangkan DPD PDIP Jawa Timur menegaskan bawah surat pencalonan atas nama Puti-Lilik adalah palsu. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA