Covid-19 Belum Tahu Kapan Berakhir, Pemerintah Diminta Pastikan Ketersedian Pangan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ahmad-alfian-1'>AHMAD ALFIAN</a>
LAPORAN: AHMAD ALFIAN
  • Kamis, 30 April 2020, 14:58 WIB
Covid-19 Belum Tahu Kapan Berakhir, Pemerintah Diminta Pastikan Ketersedian Pangan
Foto:Net
rmol news logo Dampak pandemik Covid-19 menyasar hampir semua sisi kehidupan. Tidak hanya menghantam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat, kini wabah virus corona juga berpotensi mengarah pada krisis pangan global. Terlebih belum ada kepastian kapan wabah ini berakhir.

Bahkan, sejumlah negara menghadapi gelombang kedua penyebaran virus corona. Padahal ketersedian pangan menjadi salah satu 'jurus ampuh' bagi negara di seluruh dunia untuk bisa menang melawan virus ini.

Anggota Komite II DPD RI yang membidangi persoalan pertanian dan perkebunan, Fahira Idris mengungkapkan, peringatan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) akan potensi defisit, kelangkaan dan darurat pangan di tengah pandemi virus corona sangat beralasan.

Hal ini mengingat penyebaran virus ini sangat berpotensi mengganggu produksi dan rantai distribusi pangan baik dalam skala lokal (dalam sebuah negara) maupun skala internasional.

"Di tengah pandemik seperti saat ini, selain berbagai kebijakan dan aksi negara mencegah penyebaran corona, kecukupan dan ketersedian bahan pangan menjadi amunisi utama negara-negara di dunia untuk bertahan bahkan memenangkan 'pertempuran'melawan virus ini. Karena pangan jadi amunisi utama maka berbagai strategi harus ditempuh agar tidak terjadi defisit, kelangkaan apalagi sampai darurat pangan. Ini harus jadi concern semua negara di dunia, termasuk Indonesia," ujar Fahira Idris, Kamis (30/4).

Menurutnya, sebagai sebuah negara besar baik dari sisi wilayah maupun jumlah penduduk, kecukupan dan ketersedian bahan pangan terutama di tengah pandemik seperti saat ini tentu menjadi tantangan yang tidak ringan. Terlebih masih ada sejumlah komoditas bahan pangan yang masih mengandalkan impor karena produksi di dalam negeri belum mencukupi permintaan.

Kurang meratanya distribusi bahan pangan juga harus menjadi perhatian khusus untuk menjamin ketersediaan di setiap wilayah terjaga.

"Tentunya agar ini (defisit pangan) tidak terjadi, kita harus cepat mendeteksi kondisi pangan saat ini dan prediksi ke depan. Kemudian merespons dan bergerak dengan cepat, susun langkah-langkah antisipasi dan formulasi solusi untuk menangkal agar tidak terjadi krisis pangan. Jika di sebuah daerah misalnya ada komoditas pangan yang defisit, salah satu solusinya bisa menyuplai bahan pangan dari daerah lain yang kebetulan surplus," ujar Fahira Idris.

Selain itu, sambung Senator DKI Jakarta ini, pandemik yang terjadi saat ini juga menjadi momentum untuk memformulasikan kembali konsep ketahanan pangan nasional agar tetap kuat terhadap terpaan krisis baik wabah ataupun ancaman lain.

"Salah satu yang perlu kita pikirkan ulang adalah bagaimana semua pemangku kepentingan sungguh-sungguh mencegah masifnya konversi lahan pertanian diakibatkan pertumbuhan penduduk dan kebutuhan industri. Bagaimanapun juga, ketersedian lahan adalah syarat utama ketahanan pangan," demikian Fahira Idris. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA