Hal ini ditambah dengan rencana majunya anak Jokowi, Gibran Rakabuming Raka hingga keluarga besan Presiden, Doli Sinomba Siregar pada Pilkada 2020.
"Rencana anak, menantu, hingga besan Jokowi maju pilkada selain berpotensi menjadi beban politik bagi Presiden, juga membuka peluang terjadinya penyalahgunaan kekuasaan atau
abuse of power," kata Direktur Paramadina Public Policy Institute, Ahmad Khoirul Umam kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Senin (3/2).
Dengan posisi sebagai RI 1 serta majunya keluarga Jokowi, instrumen-instrumen negara seperti TNI, Polri, BIN hingga di bidang birokrasi tak lagi bisa dijamin netralitasnya.
"Sebaliknya, dalam budaya politik patriarkal, alat-alat negara itu berpotensi menjadi alat politik yang menguntungkan tuannya," lanjutnya.
Dia pun menyesalkan sikap politik presiden yang terkesan berdiam diri saat keluarganya hendak berpolitik. Sebab, mau tidak mau hal itu akan menjadi stigma negatif masyarakat kepadanya.
"Seharusnya Jokowi bisa mengerem hasrat politik keluarganya, hingga dia berhenti dari posisi tertinggi di kekuasaan. Begitulah etika politik harus dijalankan, bukan asal gemar mengumbar cerita 'anak-anak saya tidak ada yang doyan berpolitik, lebih suka jualan martabak dan pisang', tetapi perlu menerapkan prinsip integritas kepada orang-orang di sekitarnya," sesalnya.
Putra Jokowi, Gibran Rakabuming Raka hendak maju sebagai calon Walikota Solo. Sementara itu, menantunya, yakni Bobby maju di Pilkada Medan. Sementara itu, paman Bobby, Doli Sinomba Siregar menyatakan maju di Pilkada Tapanuli Selatan.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: