Sejauh ini berbagai negosiasi telah dilayangkan pemerintah Indonesia. Namun, hingga saat ini masih terus diupayakan yang terbaik agar tidak menimbulkan korban.
Pengamat intelijen Fauka Noor Farid menilai pasukan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat akan mampu membebaskan tiga nelayan asal Indonesia yang ditawan sejak September 2019 lalu.
Menurutnya, Indonesia sudah terkenal dengan perang gerilya. Korps baret merah akan mampu membebaskan ketiga sandera dalam keadaan selamat..
"Kalau tim Kopassus kita pasti sudah sangat siap. Indonesia kan sudah terkenal dengan perang gerilya, ini yang dilakukan kelompok Abu Sayyaf juga sama," kata Fauka, di Jakarta, Rabu (18/12).
Fauka menuturkan kiprah Kopassus dalam tugas pembebasan sandera di berbagai medan tak perlu diragukan karena sudah terbukti. Ia mengisahkan kejadian sandera Mapenduma sebagai gambaran kekuatan Kopassus.
Untuk diketahui, operasi militer yang sebagian besar anggotanya berasal dari Kopassus melakukan Operasi Pembebasan Sandera Mapenduma untuk membebaskan peneliti dari Ekspedisi Lorentz 95 yang disandera Organisasi Papua Merdeka.
"Pada kondisi sesulit apa pun, contoh Mapenduma, itu sulitnya bagaimana. Tapi Kopassus mampu untuk membebaskan. Meskipun ada korban, tapi kecil," ujar mantan prajurit Kopassus ini pula.
Selama tergabung dalam Kopassus yang memang dituntut siap menghadapi segala medan, Fauka yakin Kopassus bisa membebaskan tawanan Abu Syayaf.
Namun keberhasilan setiap misi pembebasan tergantung dari informasi yang diberikan intelijen sebelum melaksanakan tugas.
Dalam hal ini, katanya lagi, Badan Intelijen Negara (BIN) diyakini sudah bergerak dan mengantongi informasi terkait kelompok Abu Sayyaf karena kehebatan pasukan pembebasan tak berarti bila tak punya informasi lengkap terkait musuh yang dihadapi.
Ia juga menyebutkan peran Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Kepala BIN Budi Gunawan sangat penting.
Prabowo memiliki kemampuan pengalaman dalam kasus pembebasan dan kewenangan mengerahkan Kopassus. Sedangkan Budi Gunawan sebagai pemimpin BIN memiliki jajaran yang sudah bergerak mengumpulkan segala informasi terkait kelompok Abu Sayyaf.
"Dipastikan berhasil, Insya Allah berhasil. Saya yakin, karena Pak Prabowo punya pengalaman, BG pun punya pengalaman. Kunci pembebasan sandera pertama intelijen, kedua gerakan pasukan," ujarnya pula.
Tiga nelayan asal Indonesia yang ditawan yakni Maharudin Lunani (48), anaknya Muhammad Farhan (27), dan kru kapal Samiun Maneu (27).
Ketiganya bekerja di kapal milik satu perusahaan Malaysia, dan ditangkap kelompok Abu Sayyaf saat mencari ikan di perairan wilayah Malaysia.