Usai menghadiri pemakaman almarhum, Din sedikit bercerita saat dirinya dan almarhum menempuh pendidikan di Fakultas Ushuluddin IAIN (kini UIN) Jakarta pada 1980-an.
"Almarhum Bahtiar Effendy adalah sahabat karib saya sejak di Fakultas Ushuluddin IAIN," kata Din lewat keterangan tertulisnya, Kamis (21/11).
Din menambahkan, usai lulus dari IAIN, keduanya sama-sama melanjutkan belajar ke Amerika Serikat pada tahun 1986. Tak hanya itu, dia dan almarhum juga pernah mewakili pemuda Indonesia dalam Konfrensi Dunia Agama untuk Perdamaian di Nairobi Tahun 1984.
"Sejak itu kami bersahabat dekat seperti saudara sendiri. Almarhum adalah teman sehati, mitra diskusi dan debat," imbuhnya.
Din menuturkan, dirinyalah yang menggandeng almarhum Bahtiar Effendy untuk bergabung serta aktif di Muhammadiyah, bahkan hingga akhir hayatnya, almarhum Bahtiar Effendy masih aktif di Muhammadiyah.
Meski aktif di Muhammadiyah, almarhum Bahtiar Effendy berasal dari keluarga Nahdlatul Ulama (NU). Ayahandanya merupakan bendahara NU di Ambarawa Jawa Tengah. Sementara adiknya merupakan bendahara di PP GP Ansor dan PPP.
"Almarhum menerima Muhammadiyah secara sejati dan cenderung fanatik, ditandai dengan kegeramannya terhadap pihak luar yang menjadikan Muhammadiyah “target politikâ€, atau perilaku orang dalam yang dinilainya merugikan Muhammadiyah," paparnya.
Selama menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah 2005-2019 dan 2010-2015, kata Din, dia banyak mendengar kritik dan sarannya.
"Almarhum nyaris menjadi “penasihat politik†bagi saya, dan saya berperan sebagai semacam “penasihat spiritual†baginya," kenangnya.
"Almarhum kemudian terpilih sebagai anggota PP Muhammadiyah Periode 2015-2020 sebagai Ketua membidangi Hubungan dan Kerja sama Luar Negeri hingga akhir hayatnya," tutupnya.
BERITA TERKAIT: