Hal itu disampaikannya usai menjadi pembicara dalam sebuah seminar yang diundang oleh Katadata, di Kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Rabu (31/7).
“Saya enggak tahu kalau (polusi) industri mungkin kecil sekali di Jakarta seperti Surabaya, tapi yang banyak itu dari jumlah kendaraan. Itu harus diimbangi jadi harus semakin banyak mobil setiap tahun orang banyak harus nanam banyak pohon untuk nyerap polusi itu, itu yang saya laksanakan di Surabaya,†ungkapnya.
Risma juga menyadari bahwa pentingnya menekan polusi udara karena untuk menyelamatkan masa depan anak-anak. Kata Risma, polusi dikhawatirkan akan mengganggu kecerdasan dan kesehatan anak.
“Jadi makanya Surabaya kaya hutan mohon maaf, pokoknya bisa nyerap karbondioksida yang dikeluarkan kendaraan, begitu. jadi makanya kita tambahkan terus (pohon), karena kalau udara (bersih) nya rendah ini yang bahaya anak-anak kecil mohon maaf ya seperti kecerdasannya menurun, autis ya begitu itu yang bahaya anak-anak†tegasnya.
Ciri-ciri pohon yang bisa menyerap karbondioksida tersebut tambah Risma adalah mampu berbunga, sehingga tidak heran jika berkunjung ke Surabaya banyak pohon berbunga.
“Cirinya apa? pohon itu mau berbunga, makanya kalau di Surabaya berbunga, kemudian daunnya kondisinya normal itu bisa dicek di laboratorium,†paparnya.
Selain itu kata dia, kebijakan arus lalu lintas juga harus diperhatikan dimana kendaraan harus melewati satu jalur khusus dengan berdampingan dengan pohon yang menyerap asap polusi tersebut, dan juga tidak menyebar ke perumahan warga sekitar.
“Jadi makanya saya usahakan kalau kendaraan itu di koridor jalan itu harus selesai di situ jadi harus diserap, berarti kebutuhan penyerapan karbon itu terpenuhi dan disitu aja, kenapa supaya dia enggak lari ke perumahan atau ke hotel dan restoran jadi di jalan itu harus habis karbondioksidanya,†tandasnya.
BERITA TERKAIT: