Kenapa generasi milenial yang usianya masih seumur jagung, bisa jadi pahlawan?
Tentu bisa. Hanya saja, gelar pahlawannya, bukanlah seperti yang diselenggarakan pemerintah, dengan segala persyaratan yang banyak dan super ketat. Bahkan, tak perlu hadir ke Istana untuk menerima penghargaan.
Pahlawan milenial yang ingin dicari adalah sosok anak muda yang punya kreatifitas untuk peduli dan
concern menyumbangkan tenaga dan pikirannya untuk kemajuan Indonesia. Mulai dari memajuan ilmu pengetahuan, kemajuan ekonomi, dan kemajuan demokrasi.
Loh, kok ada pahlawan generasi milenial untuk demokrasi? Bukankah selama ini generasi milenial lebih akrab dan cenderung kepada hal-hal bersifat pragmatis dan alergi kepada politik ?
Sebentar dulu, Mas Bro. Jangan remehkan generasi milenial. Bukankah realitasnya, banyak generasi milenial menjadi pemain baru, start up, eterpreneur di berbagai usaha, termasuk industri kreatif.
Menciptakan berbagai aplikasi lewat google atau appstore, untuk berbagai kemudahan untuk berbelanja, menciptakan game, edu games, traveling, dan lain-lain.
Lalu, di mana generasi milenial dapat menciptakan demokrasi yang sehat, bersih, jujur dan adil?
Sebagaimana posting tulisan terdahulu (memperingati Hari Pahlawan 28 Oktober 2018), generasi milenial ( berusia 17 sampai 35 tahun) begitu besar jumlahnya pada Pemilu 2019 mendatang.
Kalangan milenial menjadi perhatian karena jumlahnya yg signifikan pada Pemilu 2019 mendatang. Dari 185 juta pemilih terdapat 40 persen pemilih milenial. Posisinya sungguh seksi dan menarik perhatian.
Lalu, apa yang diciptakan untuk demokrasi? Generasi milenial dapat membuat sebuah games, yang dapat memberi pendidikan politik bagi warga. Games yang diciptakan berupa aplikasi edu demokrasi sesuai dengan cara dan selera anak milenial.
Melalui aplikasi games, edu demokrasi, anak-anak milenial mengetahui dan memahami bahwa mereka tidak a-politis. Generasi milenial menyadari bahwa mereka sedang dibidik oleh partai politik dan politsi untuk meraih dukungan suara elektoralnya.
Di sinilah letak penting dan perlunya diciptakan generasi milenial berupa aplikasi games edu demokrasi, dan bila perlu dikerjasamakan dengan KPU atau Bawaslu. Isinya adalah sebuah games edu demokrasi yang bisa mendeteksi praktek curang, menjaga validitas suara yang masuk, dan praktek money politics, transaksional dalam Pemilu mendatang.
Jika ditanya kepada saya, apakah itu bisa, saya berharap, bisa. Oleh karena itulah, dicari generasi milenial untuk menjadi pahlawan demokrasi.
[***]
H Surya Makmur NasutionAnggota DPRD Provinsi Kepulauan Riau
Daerah Pemilihan Kota Batam
BERITA TERKAIT: