The wind of change menggulung Amerika. Rezim mantan Presiden AS, Barack Obama yang di-
backing Globalist Trans National Corporations diganti Rezim Patriotic Trump.
"
Globalist" merupakan istilah
generic yang digunakan
by far-right agitators to refer to Jews protocol dan para pengikutnya.
Rezim Jokowi adalah anak kandung
globalist agenda. Musuh Trump antara lain Emmanuel Macron (Perancis), Syiah Iran, Bretton Woods institutions, Opec, IMF, WTO, Wall Street, bankers, Goldman Sach, George Soros dan sebagainya.
Kubu Trump antara lain Rezim Vladimir Putin, Arab Saudi dan British Monarch yang menentang brexit.
Saya duga, karena karakteristik globalnya, Vatican berada di barisan Internasionalist. Tidak heran bila CSIS dengan kuda-kuda tunggangannya Pro Jokowi.
Relasi Amerika dan China bersifat ambigu. China sebagai negara
patriotic sering memberi ruang kepada Globalist macam Jack Ma.
Henry Kissinger menyebut relasi Amerika-China sebagai "
the key problem of our time".
Di sisi lain, China menampilkan sinyalemen ikut "
War on Globalist" dengan mendorong North Korea berunding dengan Trump.
Peningkatan ambisi
hegemonic globalist tampak di akhir abad 20.
Their "
ruling elite" memperkuat kolaborasi dengan pemimpin negara komprador dan expansinya di world market.
Makanya, subsidi dicabut demi memperkaya diri mereka. Semua orang ditipu dengan pencitraan dan slogan
humanitarian bullshit.
Tujuannya; Mendobrak pintu pertahanan negara sehingga "
the ruling elite" bisa bebas bergerak dan mengekstraksi
natural resources.
Konsolidasi Globalist di Pertemuan IMF Bali dan masuknya Jack Ma ke Istana Negara mengukuhkan dukungan terhadap Rezim Jokowi. Serangan Kader Hanura Inas Nasrullah Zubir terhadap pertemuan Duta Besar RRT dan Pa Prabowo merupakan sebuah pernyataan
hostility terhadap musuh-musuh kaum
globalist.
Rakyat Indonesia harus memahami doktrin "
Victory will depend upon innovative combinations of weapons, tactics, and arenas of engagement". Bila hendak menang Pilpres 2019.
Karena bersifat
nasionalistik, para patriot sangat mudah diserang sebagai rasis.
Bukan Trump, Raja Saudi, Putin dan Xi Jin Ping yang harus diperangi. Tapi globalist IMF, Soros, Jack Ma yang hendak merangkul
overseas Chinese tycoon dan kelompok komunis
internasion orthodoxy.
Rakyat Indonesia, kaum akademisinya, perlu disadarkan. Jangan terlena dengan pencitraan Jokowi.
Jangan ulangi pengalaman fasisme di eropa. No Zionist element,
right or left, mengerti fenomena
Fascist.
Awalnya, baik itu
progressive Jews, bourgeois Zionist leaders macam Weizmann, Sokolow dan Goldmann, serta
Italian's Zionist nyantai dengan perjuangan rakyat melawan
Blackshirt.
Sama seperti Kyai Maruf, Yusuf Mansur, TGB, Cak Imin, Kapitra Ampera, Mahfud dan Yusril Izha Mahendra. Nantinya, mereka akan gigit jari. Taipan bangkrut disapu angin perubahan patriotic.
You & me; bukan penentu.
The end result dari perang antara Global
players dan modern
emperrors menentukan siapa Presiden RI mendatang.
You & me; sebagai
supporting system hanya mampu membuat kegaduhan memuluskan jalan bagi Presiden Patriotic pengganti Jokowi.
Presiden SBY sebagai "
guarantor" (penjamin) atas Pak Prabowo di arena internasional adalah syarat terakhir kunci kemenangan.
[***]Penulis adalah kolumnis dan aktvis Komunitas Tionghoa Anti-Korupsi (Komtak)