Sara’dasi, semacam adu domba, yang bersumber dari khasanah kearifan lokal masyarakat Bugis Makassar.
Sara’dasi itu pernah diperkenalkan secara nasional di era Jenderal M Jusuf menjadi Menhankam/ Pangab.
Waktu itu Sara’dasi diterjemahkan sebagai kegiatan subversif. “
Sara’dasi mahluk paling mengerikan bagi orang Bugis," tegas Ilham, pimpinan media
Cek&Ricek, pelopor infotainment di tanah air.
Ilham mengangkat idiom Sara’dasi dalam acara Indonesia Lawyers Club
TV One yang dipandu Karni Ilyas, Selasa (9/10) malam.
Topik malam itu membahas kasus hoax Ratna Sarumpaet. Ilham tampil berbicara menjelang akhir acara. Sebelum masuk ke pokok masalah, Ilham mengenalkan
Sara’dasi.
Ia mengemukakan itu sebagai peringatan agar dua kubu yang berkontestasi dalam Pilpres menghentikan permusuhan, cara-cara untuk meniadakan satu sama lain.
“Saya khawatir bangsa kita ini sudah terjangkit
Sara’dasi. Politik itu menyatukan, bukan saling meniadakan, bukan saling mengenyahkan,†katanya kepada Budiman Sudjatmiko dan Fahri Hamzah sebagai representasi dua kubu. Dua kubu itu disebutnya pertempuran â€Cebong VS Kampretâ€.
Sebelumnya dua tokoh politik itu memang saling menyerang di ILC. “Melihat keduanya saling menyerang di depan publik, saya berani mengatakan tidak ada politik di Indonesia. Yang ada hanya orang Indonesia main- main politik,†tandas Ilham.
Kembali ke
Sara’dasi. Ilham menceritakan karena
Sara’dasi, pasangan yang baru menikah, yang memiliki banyak persamaan, kecocokan, bisa pecah.
Ilham Bintang menceritakan sebuah kisah pasangan pengantin yang hanya melewati malam pertama langsung bercerai. Kisah
Sara’dasi itu memang mengambil setting pernikahan.
Di Makassar, lazim masing-masing mempelai masih dikawal beberapa hari oleh orang yang dipercaya keluarga. Justru pihak ini lah yang berhianat, mengadu domba, subversif.
Mula-mula yang digarap pengantin wanita. Dia bilang kamu ini adalah wanita yang paling bahagia di dunia ini, mendapatkan suami ganteng, kaya raya, mantan walikota pula.
Namun, sebagai manusia biasa tidak ada yang sempurna. Kelemahan suami kamu ini tidak banyak. Cuma satu. Suka main belakang.
Setelah itu giliran si pengantin pria yang digarap. Dia bilang kamu itu pria yang palin beruntung. Mendapatkan wanita cantik, taat beribadah yang bisa memberi keturunan baik. Kekurangannya cuma satu, dan janganlah dipersoalkan. Istrimu ini punya ekor.
Anda bisa bayangkan seperti apa mereka melewati malam pertama yang mestinya indah, yang mestinya menjadi surga dunia?
Malam itu Pasutri ini kejar-kejaran, Si pengantin pria mengejar bagian belakang Si wanita dan Si pengantin wanita menghindar terus dari kejaran Ai pria. Alhasil, malam pertama mereka sekaligus malam terakhir. Esok pagi, mereka ke kantor KUA mengajukan perceraian.
“Lihat saja. Jangankan dua kontestan yang berkompetisi, orang yang mau kawin saja yang persamaannya banyak, sama-sama membutuhkan, bisa pecah gara-gara
Sara'dasi," papar Ilham.
"Jadi saran dan nasihat saya pada Budiman dan Fahri Hamzah berhentilah membuat keributan dan keonaran. Sebenarnya, kalau Polisi ingin menangkap Ratna Sarumpaet dengan sangkaan membuat keonaran, maka Fahri dan Budiman itu juga mesti ditangkap. Kedua kelompok mereka itulah pembuat keonaran, tiap hari bertempur tiada ada henti, apa aja dipertengkarkan mulai dari hal hal kecil hingga yang besar. Ratna baru seminggu kasusnya. Mereka ini sudah dua tahun bertempur, saling menghujat di media sosial dan media pers. Untung saja mereka tidak menyebabkan harga BBM, Beras dan Gula naik dan SPBU di antre panjang," tukas Ilham.
Mengenai kasus Ratna, Ilham sarankan biarlah ditangani secara hukum oleh polisi. Semua pihak diminta jangan lagi menambah kegaduhan. Siang malam bertempur. Saling memaki. Saling menghujat. Saling hendak meniadakan. Itulah ancaman nyata perpecahan bangsa.
[jto]