Pengamat kebijakan pemerintah, Sarbini mengatakan seorang santri juga disiapkan menjadi generasi modern dan relijius.
"Mampu menjaga dan beradaptasi dengan zaman serta merawat zaman sesuai dengan nilai- nilai keagamaan dan keindonesiaan," ujar Sarbini, yang juga mantan aktivis FKSMJ 98, dalam keterangannya, Kamis (12/9).
Sebelumnya, kata Sarbini, kaum santri dianggap genarasi kelas dua. Dididik di lingkungan pesantren juga dianggap sebagai anak buangan.
Namun, lanjut Sarbini, hal itu tidak berlaku untuk era sekarang. Pesantren telah menjadi rujukan pendidikan agar generasi mampu menghadapi zaman yang penuh dengan tantangan dan ancaman kebudayaan maupun teknologi.
"Pendiri bangsa ini sebagian besar adalah berlatar belakang santri yang mampu mengobarkan api perlawanan terhadap penjajah," ungkap Sarbini yang juga mantan santri ini.
Diketahui, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akan mengelar peringatan Hari Santri Nasional 2018, di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, 22 Oktober 2018 mendatang. Kali ini, Hari Santri diperingati dengan tema Dedikasi Santri untuk Indonesia Mandiri.
[lov]
BERITA TERKAIT: