Atas hal itu, Ketua DPR Bambang Soesatyo meminta Mendag untuk lebih aktif. Mendag harus melihat kenaikan dolar AS itu sebagai peluang. Jika pengusaha agak kesulitan untuk ekspor, Mendag harus memberikan insentif yang mereka perlukan.
“Ini guna mendapatkan surplus perdagangan dan mengurangi neraca keseimbangan primer negatif,†papar politisi yang akrab disapa Bamsoet ini, Rabu (11/7).
Selama ini, banyak pihak yang khawatir kenaikan dolar bakal memukul ekonomi nasional. Atas kenaikan itu, harga barang-barang di dalam negeri juga ikut naik. Alhasil, daya beli masyarakat menurun. Namun, dengan tingginya ekspor, Bamsoet yakin efek buruk kenaikan dolar dapat diimbangi. Kenaikan dolar itu akan membuat nilai jual barang Indonesia di luar negeri menjadi lebih tinggi.
Selain ke Mendag, Bamsoet juga mendorong Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untul lebih aktif. BKPM perlu melakukan hubungan kerja sama bilateral dan multilateral dengan negara-negara maju serta mengundang para pengusaha untuk dapat menanamkan modalnya di Indonesia.
“Ini guna meningkatkan investasi di dalam negeri,†ujarnya.
Tak lupa, Bamsoet juga mengingatkan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan Bank Indonesia (BI) atas tingginya dolar AS ini. Politisi Partai Golkar ini meminta Kemenkeu dan BI berkomitmen dalam menjaga stabilitas moneter dan menyiapkan solusi serta langkah-langkah mitigasi agar pergerakan kurs dapat kembali normal.
“Kemenkeu dan BI juga harus lebih cermat mengawasi berbagai aspek yang memengaruhi turunnya nilai rupiah. Sebab, stabilitas nilai tukar menjadi suatu hal yang penting bagi kita,†tandasnya.
[ian]
BERITA TERKAIT: