"Terjadi penguatan oposisi di sejumlah daerah. Gerindra dan PKS, yaitu di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara. Kami melihat apa yang terjadi di Jabar dan Jateng itu dalam sebulan terakhir terjadi penguatan kandidat yang didukung oleh oposisi. Kalau di Sumut sejak awal," kata Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Djayadi Hanan mengungkapkan, Rabu (4/7).
Ia pun mengulas soal penguatan partai-partai oposisi yang terjadi di Pilgub Jawa Barat. Di sana, kata dia, ada dua faktor penting yang menyebabkan penguatan oposisi. Yakni mesin partai dan ketokohan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto yang digadang-gadang akan nyapres di Pilpres 2019.
"Di Jawa Barat misalnya militansi dan sistematis dari mesin partai PKS dan faktor Prabowo sangat berpengaruh luar biasa," jelasnya.
Perlu diketahui, di Pilgub Jabar lalu, koalisi Gerindra, PKS, dan PAN mengusung pasangan Sudrajat - Ahmad Syaikhu (Asyik). Namun, sesuai real count Komisi Pemilihan Umum (KPU), sementara ini yang menang adalah lawan mereka, pasangan Ridwan Kamil - UU Ruzhanul Ulum.
Dijelaskan Djayadi, pasangan Asyik tidak menang di Pilgub Jabar, padahal oposisi semakin menguat hanya karena faktor tingkat popularitas yang sangat rendah.
"Pemilih PKS dan pemilih Prabowo terbelah ke ketiga pasangan. Kalau Hasanah jelas solid. Karena para pemilih kurang mengenal pasangan Asyik. Sehingga lebih memilih Ridwan Kamil, dan Duo Deddy karena sejarah dukungan," demikian Djayadi.
Djayadi Hanan menjadi salah satu pembicara dalam diskusi Vox Point Indonesia bertajuk 'Menakar Kekuatan Koalisi Pemerintah Vs Koalisi Oposisi Pasca Pilkada Serentak' di kawasan Pasar Baru, Jakarta Pusat.
[fiq]
BERITA TERKAIT: