Direktur Eksekutif Indonesia Political Review ini mengamati anjloknya suara PDIP tersebut, lantaran kurangnya konsisten dengan janji yang telah direncanakan sebelumnya.
"PDIP harus konsisten untuk dekat dengan wong cilik, perjuangkan rakyat kecil. Jangan ditinggalkan," ungkap Ujang melalui keterangan tertulis kepada
Kantor Berita Politik RMOL, kamis (28/6).
Ia mengatakan saat ini PDIP telah lupa setelah berkuasa, sehingga meninggalkan konstituen mereka dengan jargon wong cilik.
"Jika sudah berkuasa akan cenderung lupa. Lupa siapa yg mendukung dan lupa siapa yg memilih," kata Ujang.
Lanjutnya, 10 tahun kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), PDIP menjadi lawan politik (oposisi) dan dekat dengan masyarakat kecil.
"Itu tadi. Jika sudah berkuasa akan cenderung lupa. Lupa siapa yg mendukung dan lupa siapa yg memilih," lanjutnya.
Ujang menuturkan, kekuasaan akan membuat jurang pemisah antara rakyat yang memilih partai juga dengan anggota DPR yang dipilihnya. Karenanya, PDIP disarankan untuk mengevaluasi kinerja.
"Intinya PDIP harus evaluasi, agar tidak ditinggalkan konstituennya. Kekalahan pilkada momentum untuk evaluasi tersebut," ujarnya.
Jika saja PDIP konsisten dekat dengan rakyat, menurutnya calon-calon kepala daerah yang diusung oleh PDIP kemungkinan bisa menang.
"Sekarangkan kalah, artinya rakyat juga berhak untuk mengevaluasi dukungan kepartaiannya, Ketika sudah tidak memperkuangkan kepentingan rakyat lagi, maka rakyat akan berpaling atau bahkan menghukumnya untuk tidak memilihnya lagi," papar Ujang.
[fiq]
BERITA TERKAIT: