Kenaikan utang ini merupakan bukti bahwa BUMN sedang dalam krisis yang serius. Selain itu, ada dua masalah yang fatal dalam utang BUMN tersebut. Pertama, sebagian besar utang itu merupakan utang jangka pendek.
“Ini kan berbahaya, sebab situasi perekonomian, baik global maupun domestik, sedang mengalami kontraksi!†ujar Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon dalam kicauannya di akun
Twitter @fadlizon, Rabu (6/6).
Sementara masalah yang fatal berikutnya adalah 60 persen utang tersebut berbentuk valuta asing yang rentan terhadap fluktuasi nilai tukar Rupiah.
“Jika nilai tukar Rupiah melemah, BUMN tentu akan semakin berdarah-darah,†sambung wakil ketua umum DPP Partai Gerindra itu.
Lebih lanjut, Fadli mengakui bahwa total aset BUMN telah naik menjadi Rp 7.212 triliun pada akhir 2017. Namun demikian, sambungnya, dengan angka utang Rp 4.825 triliun, maka rasio utang BUMN sudah mencapai 67 persen aset.
“Ini sudah lampu merah sebenarnya. Celakanya, dalam kondisi semacam itu, Kementerian BUMN masih menargetkan untuk menambah utang hingga Rp 5.253 triliun sepanjang tahun ini,†tukasnya.
[ian]
BERITA TERKAIT: