Tentu ini pertanyaan penting. Akan tetapi yang jauh lebih penting adalah bagaimana seluruh PTM kemudian menyiapkan diri secara lebih matang. Banyak hal yang memang harus dilakukan antara lain ialah penguatan kelembagaan di tiap level. Karena itu, memandang secara lebih menyeluruh atau komprehensif rancangan pengembangan dan penguatan institusi sanggatlah penting.
Tanggal 11 hingga 18 Februari merupakan hari hari penting bagi PTM. Di bawah kordinasi Majelis Dikti Litbang PP Muhammadiyah, sejumlah PTM mengadakan lawatan khususnya ke Melbourne untuk menjajagi kemungkinan kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi (Victoria University, Holmesglan Institute dan Monash University). Kekuatan dan reputasi tiga perguruan tinggi ini tak diragukan dan tidak asing bagi masyarakat akademik di Indonesia. Di Monash university, misalnya, fakultas pendidikannnya sangat kuat.
Tentu saja fakultas-fakultas lainnya juga memiliki reputasi yang tak kalah prestisiusnya. Untuk Vocation Education, Holmesglan merupakan tempat yang tepat. Di kampus ini bahkan untuk pendidikan vokasi tidak saja untuk tingkat diploma, akan tetapi tingkat sarjana juga disediakan.
Soal pendidikan vokasi ini cukup penting dikembangkan dan diperkuat di Indonesia melihat kenyataan antara lain tidak semua generasi muda di Indonesia yang karena berbagai faktor sosial dan ekonomi misalnya tidak memungkinkan untuk mengikuti program sarjana. Jika dipaksakan maka angka drop out bisa makin tinggi.
Atau kalau lulus pun, menjadi seseorang yang "no where" tidak memiliki kepastian mau ke mana dan melakukan apa? Jika ini dibiarkan, maka ini akan menyumbang angka pengangguran generasi muda yang seharusnya produktif. Karena itu, pendidikan vokasi memang diharapkan akan memberikan kesempatan yang lebih luas kepada generasi muda menjadi tenaga terdidik skillfull profesional dan tersertifikasi yang siap untuk masuk dalam dunia kerja (workplace) dan industri.
Dalam kaitan itu, seperti yang dilakukan di Australia, pemerintah Indonesia harus menyediakan aturan yang meyakinkan bahwa hubungan antara pendidikan tinggi dengan industri dan dunia kerja secara umum terjalin kuat dan pasti. Dengan cara ini maka ada keyakinan juga bahwa pendidikan tinggi memiliki kemampuan untuk menyediakan generasi muda yang produktif, kreatif dan memberikan jalan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi.
Pasar kerja sesungguhnya telah tersedia baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional. Akan tetapi yang juga penting adalah kesadaran bahwa pasar kerja itu bisa diciptakan. Karena itu pendidikan tinggi terutama Vokasi juga bisa diarahkan untuk dua kepentingan tersebut, yaitu melahirkan anak anak muda yang memiliki kemampuan untuk "memasuki dunia kerja" dan "menciptakan dunia kerja." Keduanya sangatlah penting karena akan mempertemukan "etos produktif, kreatif dan inovatif " dan bahkan diperlukan juga "etos liberatif, transformatif dan etis."
Pendidikan vokasi tidak akan sekedar melahirkan tenaga-tenaga profesional sebagai "alat produksi" kapitalisme akan tetapi juga tenaga yang bisa "berpikir atau berwawasan lebih." Mereka adalah yang manusia manusia yang senantiasa penuh gairah dan visioner untuk berinovasi, berkreasi atau mencipta sesuatu yang lebih dan bisa memberikan ruang bagi masyarakat yang luas untuk merasakan kesejateraan ekonomi. Dengan senantiasa berkeyakinan kepada nilai nilai luhur agama, misalnya, mereka memiliki spirit dan kemampuan untuk mengelevasi derajat sosial dan ekonomi masyarakat dan mendorong masyarakat untuk bertransformasi dan maju.
Kepentingan MuhammadiyahApa sebetulnya makna penting model pendidikan vokasi sebagaimana yang dikembangkan di Australia bagi Muhammadiyah? Pertama, Muhammadiyah melalui PTM yang ada haruslah siap untuk bersikap terbuka untuk belajar dari kesuksesan "orang lain" (lain bangsa dan lain agama). Keterbukaan ini penting karena memang ada titik titik persamaan antara Australia ( dan negara negara lain tentunya) dengan Indonesia dalam mengelola pendidikan yaitu untuk "kemanusiaan dan kemajuan."
Muhammadiyah siap belajar bagaimana memajukan dunia pendidikan tinggi khususnya pendidikan vokasi ini. Kedua, Muhammadiyah sebetulnya memiliki kelebihan dan keistimewaan yang menurut hemat penulis tidak dimiliki oleh Australia yaitu agama yang sangat bisa menjadi sumber moral dan etik bagi pengelolaan pendidikan vokasi dan kemajuan masyarakat pada umumnya. Karena itu, Muhammadiyah bisa menawarkan model integratif antara "pendidikan vokasi Australia" dengan "spirit keislaman yang liberatif transformatif."
Ketiga, pendidikan vokasi ini adalah cara akademik dan praktikal untuk menjawab ancaman kemiskinan dan ketidakadilan. Ini menjadi ciri khas pendidikan vokasi Muhammadiyah yaitu cita cita atau missi mulia memerdekakan masyarakat dari kemiskinan dan ketidakadilan.
Hasrat Muhammadiyah melalui PTM untuk membangun kolaborasi internasional dengan berbagai perguruan tinggi di luar negeri tentulah tidak dimaksudkan untuk sekedar akseptif dan apalagi follower terhadap model-model yang diintrodusir oleh kampus kampus besar itu, akan tetapi juga mengembangkan sikap kritis inovatif dan kreatif sehingga transfer of knowledge and technology benar-benar bersesuaian dan ramah dengan keluhuran budaya yang selama ini dijaga dan dengan cita cita membangun Indonesia yang berkemajuan.
[***]
Penulis adalah Wakil Ketua Dikti PP Muhammadiyah dan Dewan Pakar Kornas Fokal IMM.
BERITA TERKAIT: