NGO Myanmar Belajar Pemilu Ke KPU Dan Bawaslu

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ruslan-tambak-1'>RUSLAN TAMBAK</a>
LAPORAN: RUSLAN TAMBAK
  • Rabu, 22 November 2017, 23:50 WIB
NGO Myanmar Belajar Pemilu Ke KPU Dan Bawaslu
MILI Di Bawaslu/Net
rmol news logo . Myanmar Independent Living Initiative (MILI) Political Institute melakukan kunjungan ke kantor KPU RI, Jakarta, Rabu (22/11). Kunjungan ini diterima langsung oleh Ketua KPU RI Arief Budiman dan Anggota KPU RI Hasyim Asy'ari.

Kunjungan MILI yang didampingi oleh General Election Network for Disability Access (AGENDA) ini dalam rangka mempelajari pemilu akses di Indonesia terkait akses bagi penyandang disabilitas dan kaum marjinal.

Ketua KPU RI Arief Budiman pada kesempatan tersebut mengungkapkan bahwa KPU telah melakukan beberapa kegiatan dengan kelompok-kelompok spesifik dalam mengefektifkan sosialisasi yang bisa menjangkau target-target yang diinginkan KPU.

"KPU ingin mengefektifkan kegiatan sosialisasi, dan KPU telah melakukan sosialisasi yang bekerjasama dengan kelompok perempuan, mahasiswa, nelayan, NGO, dan disabilitas dalam pilkada dan pemilu," tutur Arief.

Sementara itu, Komisioner KPU RI Hasyim Asy’ari juga menjelaskan pentingnya KPU melayani pemilih-pemilih khusus, antara lain dalam mendesain surat suara dan Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang aksesible bagi disabilitas.

"Regulasi yang dibuat KPU dalam pilkada dan pemilu telah mengadopsi prinsip-prinsip yang menjamin partisipasi masyarakat pemilih disabilitas dalam menggunakan hak suaranya, salah satu contohnya TPS yang harus bisa dijangkau bagi penyandang disabilitas pengguna kursi roda, juga surat suara braile bagi penyandang tunanetra," jelas Hasyim.

Selain ke KPU, MILI juga beraudiensi ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI. Mereka diterima oleh dua Anggota Bawaslu RI Mohammad Afifuddin dan Fritz Edward Siregar.

MILI merupakan organisasi bagi para penyandang disabilitas dan masyarakat marginal. Organisasi ini bergerak di bidang politik untuk meningkatkan partisipasi politik para penyandang disabilitas dan kaum marginal.

Sebagaimana diketahui, Myanmar saat ini sedang dalam masa transisi demokrasi. Para penyandang disabilitas tersebut sedang melakukan advokasi untuk hak-hak politik mereka. Mereka meyakini bahwa Indonesia lebih unggul bukan hanya dalam praktik-praktik demokrasi, tapi juga dalam pengalaman memberikan akses kepada penyandang disabilitas dalam pemilu dan politik.

Mereka berkunjung ke Indonesia bermaksud mempelajari pengalaman, pembelajaran dan agenda terkait pemilu akses dan inklusifitas dalam pemilu dan kebijakan politik. [rus]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA