Ziarah Ke Astana Giribangun

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/zeng-wei-jian-5'>ZENG WEI JIAN</a>
OLEH: ZENG WEI JIAN
  • Minggu, 01 Oktober 2017, 11:02 WIB
Ziarah Ke Astana Giribangun
SEPTEMBER 30, 2017, saya berangkat ke Solo bersama Lieus Sungkharisma, Ikoh Rahmawati dan Yap Hong Gie (anak Alm. Yap Thiam Hien). Naik Sriwijaya Air. Mas Tommy Suharto (HMP) sudah take off 30 menit lebih awal.

Satu jam kemudian, kami mendarat di Adi Soemarmo Airport, Solo-The City of Batik.

Kami langsung meluncur ke Astana Giribangun. Peristirahatan terakhir Pa Harto dan Ibu Tien di Desa Karang Bangun. Di lereng tenggaranya ada Astana Mangadeg, makam keluarga Istana Mangkunegaran. Petilasan Pangeran Samber Nyawa terletak tidak jauh, di atas Astana Giribangun.

Sejak kemarin, masyarakat di berbagai daerah serempak mengadakan nonton bareng film Penghianatan G30S/PKI. Di pelataran masjid, pos RW, balai-balai dan sebagainya. Stasiun TV One ikut menayangkan. Malam ini puncak nobar.

Sekitar subuh, 52 tahun lalu, di hari ini, Sepasukan Cakrabirawa menculik dan membunuh 6 Jenderal Angkatan Darat. Indonesia dalam kemelut penghianatan PKI. Ngga lama. Mayor Jenderal Suharto menumpas Gerakan 30 September/PKI. Nyoto dan Sudisman mengakui keterlibatan para pimpinan teras PKI dalam gerakan G30S.

Pasca reformasi, fitnah dan character assasination terhadap Pa Harto makin masif. Sejarah, fakta, informasi diputar balik. Supaya publik benci kepada Pa Harto. Saking dalamnya fitnah mereka, jasa-jasa, kualitas dan kebaikan pribadi Pa Harto seakan tidak ada. Padahal, presiden terbesar Indonesia ya Pa Harto. Dua puluh tahun reformasi, kondisi politik-ekonomi-sosial semakin ngga karuwan.

Pa Harto seorang extrim nasionalist. Ngga neko-neko. Dia memahami teori dan praxis Marxisme, Marhaenisme, Maoisme. Tapi memilih Pancasila, UUD 45, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai pedoman bernegara.

Sebelum Pa Harto memerintah, antara tahun 1945-1970, Indonesia berproses, mencari bentuk, rusuh politik-ekonomi-sosial. Rentan. Ngga stabil. Berkali-kali dirongrong pemberontakan. Rakyat antri beras dan minyak. Listrik masih langkah banget. Sanering di tahun-tahun terakhir kekuasaan Sukarno. Nasakom dieksport jadi alternatif sistem ideologi ke dunia internasional. Hubungan dengan blok komunis Soviet, Beijing, Korut, Vietnam semakin mesra.

Serupa negeri-negeri komunis yang gemar bikin patung besar, Sukarno juga begitu. Dia bangun monumen, patung-patung, dan gedung. Misalnya, Tugu Tani, Patung Pancoran, Monas, Hotel Indonesia, Semanggi, Sarinah, Stadion Senayan, Jatiluhur, Samudra Beach, dan sebagainya.

Ekonomi rakyat diabaikan. DN Aidit kampanye makan dendeng tikus. Inflasi makin tinggi. Harga sembako meroket. Triger lahirnya TRITURA.

Buya Hamka mengkritik pola pembangunan Orde Lama. Dia bilang, "Berdirilah gedung-gedung monument, patung-patung yang tidak akan dapat mengenyangkan perut rakyat, yang hanya akan ditegahkan (dipertunjukkan) kepada tamu luar negeri, padahal kalau tetamu itu datang, sasaran tustel mereka bukanlah monument dan patung, melainkan rakyat yang tidur di dalam pipa air yang belum dipasang atau mandi telanjang di kali Ciliwung.”

Pa Harto melakukan perubahan besar. Cepat. Terarah. Mendasar. Sebuah "revolusi". Partai disederhanakan. Konflik ideologi distop. Stabilitas politik dan keamanan menjadi kunci pertumbuhan ekonomi. Dia sukses bikin Indonesia swasembada beras. Dengan cepat, ekonomi rakyat membaik. TNI jadi pasukan tempur paling efisien dan berkualitas.

Pasca reformasi, kerusuhan rasial pecah di Kalbar. Perang Ambon. Poso bergolak. Dolar naik. Subsidi BBM terus menerus dikurangi. Subsidi jadi beban negara. Identitas nasional shifted. Budaya Barat menguat. Sekularisasi maximal. Komunis Gaya Baru (KGB) bangkit. Pa Harto terus-terusan difitnah sebagai dalang G30S/PKI. TNI dipinggirkan. Kesejahteraan prajuritnya diabaikan.  

Dalam rangka mengenang Pa Harto itu, kami ikut Mas Tommy Suharto ziarah ke Astana Giribangun.

Sore tadi, suasana Astana Giribangun teduh. Ada sejumlah penziarah. Ada kelompok orang berpakaian hitam-hitam. Tapi sunyi. Tidak ada orang terbahak-bahak. Bicara pelan. Seolah menjaga nuansa hikmat dan khusyuk.

Tadi saya sempat ngobrol dengan Sukirno. Dia sudah jadi juru kunci Astana Giribangun sejak tahun 1976. Tanggal 27 Januari 2008, selepas Azan Asar, Mantan Bupati Wonogiri Begug Purnomosidi memimpin upacara Bedah Bumi, ritual menancapkan linggis ke tanah pemakaman sebanyak tiga kali.

Sukirno bertugas memegang linggis. Penancapan pertama dan kedua berjalan normal. Saat penancapan ketiga, "Tiba-tiba ada suara ledakan keras. Bergema di atas kepala kami. Bikin kaget. Bulu kuduk merinding," kata Sukirno.

Orang-orang mencari tau asal suara ledakan tadi. Tapi ngga ketemu. "Semua terdiam, bumi telah beri isyarat menerima jenazah Pa Harto," kata Sukirno.

Menurut Sukirno, fenomena supranatural kerap terjadi di Astana Giribangun. Para penziarah hendaknya membersihkan hati dan pikiran. Jangan meminta pada Pa Harto atau semua figur yang dimakamkan di sana. "Tapi berdoalah kepada Allah SWT," kata Sukirno.

Sore itu, Mas Tommy Suharto memimpin doa. Membaca Surat al-Fatihah dalam hati. Semua orang berdoa dalam hati. Suasana hening, tanpa gerak. Wangi melati samar-samar penuhi ruangan cungkup. Peristirahatan terakhir Pa Harto dan Ibu Tien tampak sederhana. Sekali pun ada pilar-pilar kayu lumayan besar. Teduh. Nyaman. Ada aura misterius di sana. Mungkin, seperti ini makam raja-raja.

Setelah 30-an menit, Mas Tommy Suharto 'laku-ndodok' (berjalan dengan lutut) ke arah pusara Pa Harto. Dia sungkem, berdoa sebentar, sungkem lagi, dan melakukan tabur bunga. Lalu ke pusara Ibu Tien, Eyang Kakung, Eyang Puteri dan bibi (Mbaknya Ibu Tien).

Kami melakukan hal sama, tanpa tabur bunga. Kami tidak berani berjalan sambil berdiri di hadapan orang tua. Saya mendoakan Pa Harto, Ibu Tien dan semua pendahulu bangsa, semoga diterima di sisi Tuhan YME. [***]
 

(Penulis adalah aktivis Komunitas Tionghoa Anti Korupsi/Komtak)

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA