Bagi ICMI, Halimah merupakan sosok yang tepat untuk masa kini sebagai Presiden negara tetangga tersebut.
Sebagai Presiden perempuan pertama Singapura dan berasal dari etnis Melayu, Jafar meyakini, Halimah Yacob mampu menjadi katalisator, mengayomi antar suku etnis, memediasi kerukunan beragama dan membawa Singapura lebih dekat untuk bersinergi dengan Indonesia.
"Terpilihnya Halimah Yacob sebagai seorang pemimpin dari unsur Melayu mencerminkan pluralitas masyarakat di Singapura. Segenap bangsa Melayu di Asia Tenggara diharapkan memberikan apresiasi dan dukungan untuk pemerintahan Halimah Yacob," jelas Sekjen ICMI DR. Mohammad Jafar Hafsah (Rabu, 20/9).
Jafar sendiri memuji kepribadian Halimah. Setelah menjadi Presiden, dia tetap ingin tinggal di rumah susun milik pemerintah di Yishun.
"Halimah adalah manusia pejuang, pekerja tangguh dari golongan kebanyakan. Sejak kecil sudah merasakan bagaimana berjuang untuk bertahan hidup. Kemudian sudah ditinggal ayah dan harus membantu ibunya mencari nafkah demi kehidupan sehari–hari," tutur Jafar.
Meski demikian, Jafar mengemukakan, banyak hal yang sebetulnya tidaklah mengherankan dari sosok Halimah Yacob. Sebelumnya, pada 14 Januari 2013, Halimah Yacob dipilih Perdana Menteri Lee Hsien Loong untuk menjadi Ketua Parlemen. Lalu kini menjadi Presiden.
Politisi Melayu dan muslimah ini lahir 23 Agustus 1954. Tanggal 7 Agustus 2017, Halimah Yacob mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Ketua Parlemen dan anggota PAP karena menjadi kandidat untuk pemilihan Presiden Singapura tahun 2017.
"Sekali lagi selamat kepada Presiden Halimah Yacob. Allah senantiasa memberkahi," demikian Jafar.
[zul]