PERHELATAN Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Malang yang bakal digelar pada
tahun 2018 mendatang telah menyedot perhatian publik Kota Malang pada
khususnya dan warga di wilayah Malang raya pada umumnya. Kontestasi
Pemilihan Kepala Daerah yang masih dilaksanakan pada tahun depan
tersebut mulai hangat dibicarakan oleh berbagai kalangan, mulai dari
akademisi, pemerhati sosial politik, tokoh-tokoh masyarakat,
simpul-simpul massa, insan pers, komunitas NGO serta para pengurus
partai politik sendiri tentunya.
Pola
komunikasi partai-partai politik pengusung bakal calon Walikota menarik
untuk dituangkan dalam sebuah analisa berbasis kajian sosio kultural
masyarakat perkotaan yang ber-motto-kan Tri Bina Cita ini. PDI
Perjuangan sebagai satu-satunya partai yang bisa mengusung sendiri
kandidatnya seperti kurang percaya diri dalam mengusung sendiri jagonya.
Terlihat saat jajaran pengurus merapat ke posko Baiduri Sepah milik
sang _incumbent_, meskipun dalam suasana halal bihalal bersama PKB.
Sebagai
partai pemenang terbesar di Kota Malang yang ditandai dengan duduknya
11 kader terbaiknya di kursi DPRD Kota Malang seyogyanya bertekad bulat
untuk konsentrasi ke kandidat internal partai. Stok pemimpin di PDI
Perjungan Kota Malang sebenarnya cukup melimpah dan sangat teruji di
lapangan. Sebut saja nama Arief Wicaksono sang Ketua Dewan, Sri Untari
anggota DPRD Jawa Timur atau Sri Rahayu mantan anggota DPR RI dapil
Malang raya yang saat ini fokus bertugas di DPP PDI Perjuangan adalah
kader-kader gemblengan yang patut diperhitungkan. Mengingat PDI
Perjuangan merupakan satu-satunya partai dengan sistem kerja politik
yang berakar kuat hingga ke anak ranting (setingkat RW/kampung) se
Indonesia.
Ketidak
cermatan dalam mengambil keputusan politik yang tanpa didasari oleh
situasi kebatinan basis massa akan berdampak negatif bagi perolehan
suara ke depan. Legenda PDI Perjuangan sebagai partai petarung sebaiknya
perlu dipertahankan sebagai bagian dari prinsip juang, mengingat Kota
Malang yang secara sosio kultural merupakan kandang banteng.
Sebagai
bahan evaluasi, kekalahan PDI Perjuangan pada Pilwali periode yang lalu
sebenarnya bukan disebabkan oleh serangan dari luar. Namun lebih kepada
adanya perpecahan di dalam keluarga besar nasionalis Kota Malang hingga
memunculkan dua kandidat Walikota yang sama-sama didukung oleh kaum
nasionalis.
Jauh di bawah
perolehan suara PDI Perjuangan bertengger banyak partai pada level
perolehan suara menengah. Beberapa partai yang berada pada posisi ini
adalah PKB (6 kursi), Partai Golkar (5 kursi), Partai Demokrat (5
kursi), PAN (4 kursi), Partai Gerindra (4 kursi), PPP (3 kursi), Partai
Hanura (3 kursi), dan PKS (3 kursi). Sementara itu Partai Nasdem
meskipun hanya dengan satu kursi akan menjadi rebutan para kandidat guna
melengkapi jumlah dukungan minimal sebagai persyaratan mutlak
pencalonan kandidat.
Silaturahmi
Partai Demokrat dan PKB di posko Baiduri Sepah kemarin merupakan
langkah penjajagan yang sudah tepat dan memiliki peluang besar untuk
dipermanenkan dalam koalisi strategis menghadapi Pilwali. Mohamad Anton
sang _incumbent_ secara psikologis sudah memiliki kedekatan lama dengan
Ghufron Marzuki, satu-satunya kandidat dari internal Partai Demokrat.
Koalisi dua tokoh publik berlatar belakang pengusaha papan atas ini
diprediksi dapat mendulang suara mayoritas warga Nahdliyin. Partai
Demokrat sepertinya berhasil meredam kepanikan _incumbent_ yang pernah
berencana maju lewat jalur perseorangan dengan menggalang pengumpulan
KTP warga kota.
Formasi
berikutnya adalah koalisi yang sedang digalang oleh Partai Hanura dengan
tokoh sentral Ya'qud Ananda Gudban. Tokoh perempuan yang memiliki
koneksi perkawanan cukup luas baik di jalur akademisi, pengusaha dan
legislator lintas partai ini merupakan anak emas dari Oesman Sapta
Odang, tokoh politik nasional yang kerap berlaga di banyak lini dan
medan tempur. Hanura memerlukan koalisi dengan partai-partai lain jika
serius akan mengusung sang Ketua Partai.
Formasi
berikutnya adalah formasi yang dipimpin oleh Partai Gerindra. Moreno
Suprapto, anggota DPR RI dari dapil Malang raya yang banyak digadang
publik untuk turun gunung ke Malang, kampung halaman keluarga besarnya.
Putra tokoh publik Tinton Soeprapto ini dikenal lihai dalam komunikasi
publik, termasuk dengan deretan artis, atlit dan pengusaha nasional.
Pertemuan Tinton Seprapto dengan Hary Tanoe Soedibyo beberapa waktu yang
lalu akan banyak mempengaruhi kepastian maju tidaknya sang legenda
balap. Termasuk dukungan politik dari Partai Perindo pimpinan Laily
Fitriyah Liza Min Nelly, tangan kanan Hary Tanoe Soedibyo di Jawa Timur
yang dikenal sangat gesit, populis dan komunikatif.
Moreno
sudah terbiasa menjadi juara di ajang balap nasional dan internasional.
Adrenalin pembalap akan memacunya untuk menjajal sirkuit balap Pilwali
Malang tahun depan. Koalisi Prabowo-Hary Tanoe dalam Pikada DKI
sepertinya akan berimbas pada koalisi-koalisi strategis di banyak
Pilkada termasuk di Kota Malang.
Prediksi
kami, empat formasi partai politik itulah yang bakal mewarnai hiruk
pikuk Pilwali Malang tahun 2018. Yaitu formasi yang diusung oleh PDI
Perjuangan, formasi incumbent yang akan diusung oleh PKB-Demokrat,
formasi Hanura dan koalisinya serta formasi Gerindra dan koalisinya.
Siapapun
kandidat Walikota yang diusung dari PDI Perjuangan asalkan dari kader
internal, biasanya mesin partai solid. Sutiaji, Wakil Walikota yang
kemarin daftar lewat PDI Perjuangan berpeluang besar menjadi kandidat
Wakil Walikota sebagai bandul keseimbangan komunitas
Nasionalis-Religius.
Adapun
Partai Golkar sebagai partai yang paling berpengalaman di area kuasa
akan dengan cepat dapat menempatan dirinya dengan sebaik mungkin. Golkar
sangat berpengalaman dalam bidang jaringan, jago dalam manuver dan
matang dalam berorganisasi. Artinya bisa menggandeng kandidat mana saja
dalam menit-menit terakhir. Dua kader jagoan Partai Golkar yang kerap
disebut publik adalah Sofyan Edi Jarwoko sang Ketua Partai dan Bambang
Sumarto, Ketua Gapensi sekaligus Ketua Komisi C DPRD Kota Malang.
PPP
yang dipimpin oleh Heri Pudji Utami, istri mantan Walikota Peni Suparto
merupakan kelompok politik yang perlu diperhitungkan karena memiliki
basis loyalis yang militan. Sementara itu dari kalangan PAN sayup-sayup
terdengar nama Harun Prasojo, tokoh muda multi talenta yang sedang
menggalang kekuatan jaringan olahraga dan jejaring pengusaha lokal,
selain dukungan penuh dari kalangan Islam modernis perkotaan tentunya.
Dari
Nasdem sayup-sayup pula mulai terdengar nama Bambang Suryanto, tokoh
nasionalis muda progresif yang memiliki jaringan luas di berbagai
kalangan.
Sedangkan dari PKS masih belum terdengar
nama kandidat yang akan dimunculkan. Sangat dapat dimaklumi karena PKS
adalah partai kader yang selalu taat akan komando dari pusat. Koalisi
PKS ditentukan penuh oleh induk partai yang biasanya akan diikuti secara
kompak oleh basis konstituennya.
Demikian
gambaran pergeseran formasi koalisi partai-partai politik di Malang
berdasarkan kajian sosio kultural dan situasi politik yang terjadi serta
figur ketokohan para maestro politik di Kota Malang. Semoga bermanfaat
dan salam takzim.[***]
BERITA TERKAIT: