Hal itu menurutnya karena Partai Golkar didukung oleh tiga instrumen utama, yakni ABG (ABRI, Birokrat, dan kalangan sipil Golkar). Hal itu menurutnya jauh berbeda dengan saat ini. Dimana ABRI yang sekarang TNI tidak boleh lagi berpolitik.
"Pak Harto (Soeharto) pada tahun 1983 (saat dia menjadi Sekjen Golkar), sebenarnya sudah memikirkan bahwa Golkar harus memperkuat instrumen sipilnya," ungkapnya dalam diskusi yang diselenggarakan Dewan Pimpinan Pusat Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (DPP AMPI) di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Pemikiran itu menurutnya dicetuskan Soeharto karena dia menilai Golkar tidak akan mungkin selamanya mengandalkan ABRI maupun birokrat. Langkah ini katanya merupakan usaha yang dilakukan dalam rangka menyiapkan Golkar untuk bisa bersaing dengan partai-partai lain.
"Sehingga Golkar menjadi kekuatan politik yang besar dan independen terlepas dari campur tangan negara dan pemerintah," imbuh Sarwono.
Lebih lanjut katanya masalah krusial ke depan yang akan dihadapi seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia adalah perubahan iklim. Hal ini akan sangat mempengaruhi kekuatan dan dominasi serta hubungan antar negara di dunia.
"Indonesia harus terus percaya dengan demokrasi walaupun masih terdapat banyak tantangan. Karena sistem demokrasi masih lebih baik ketimbang sistem-sistem yang lain. Jangan takut dengan liberalisasi, karena liberalisasi adalah dasar dari demokrasi. Ketika kita sepakat untuk memutuskan demokrasi, berarti konsekuensinya adalah kita harus siap dengan liberalisasi," tukas Sarwono.
[rus]
BERITA TERKAIT: