"Kalau mau kokoh, rakyat mesti sejahtera," sebut Rizal dalam
talkshow di salah satu stasiun televisi, Rabu malam (31/5).
Dia dan pakar politik dan pertahanan Prof. Salim Said diundang sebagai narasumber dalam diskusi memperingati Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni.
Jelas Rizal, secara historis ekonomi Indonesia memang ada kemajuan. Tapi capaian itu tidak bisa dibandingkan dengan negara-negara lain.
"Secara historis memang Indonesia ada kemajuan kok, itu nggak bisa dibantah, setiap tahun tumbuh 5 persen. Tapi begitu kita menggunakan pendekatan komparatif dengan negara-negara Asia lainnya, 40 tahun kita ketinggalan," terangnya.
Selanjutnya, kata Rizal, rakyat biasa tidak terlalu mengerti dengan pertumbuhan dan angka-angka ekonomi. Mereka hanya mengerti kesejahteraan membaik atau tidak.
"Nah, banyak pejabat, intelek yang tidak tahu indikator kesejahteraan yang internasional. Itu ada indikatornya PBB bikin, namanya Indek Pembangunan Manusia, yang mengkukur makannya cukup nggak, proteinnya, pendidikan, kesehatan, air bersih, rumah dan lain-lain," paparnya.
Dilihat dari Indek Pembangunan Manusia itu, Indonesia ada di urutan ke 73 dari 140 negara, dan nomor empat di Asean sesudah Singapura, Malaysia dan Thailand.
"(Jadi) negara yang berhasil memakmurkan rakyatnya, dan ada rasa aman, nyaman, pemerintah adil, itu nggak usah khawatir dengan radikalisme, disintegrasi bangsa, dan lain sebagainya. Kata kunci adalah kesejteraan," demikian Rizal Ramli.
[rus]
BERITA TERKAIT: