Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Belajar Tentang KH. Mas Mansur

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/sudarnoto-a-hakim-5'>SUDARNOTO A HAKIM</a>
OLEH: SUDARNOTO A HAKIM
  • Kamis, 23 Maret 2017, 08:50 WIB
<i>Belajar Tentang KH. Mas Mansur</i>
KH. Mas Mansur (selanjutnya Mansur) adalah seorang tokoh, pemimpin yang sungguh sangat penting tidak saja di Muhammadiyah tapi dalam konteks kebangsaan Indonesia secara umum.
Selamat Berpuasa

Nampak kuat kesan belum banyak yang secara akademik memberikan perhatian kepada tokoh ini. Meskipun berlatar belakang keluarga yang secara ekonomi berada, akan tetapi kesederhanaan dan kerendahatian senantiasa mewarnai kehidupan hariannya bahkan hingga akhir hayatnya. Hal ini tidak saja tercermin dari lifestyle-nya, tapi juga dari ucapan dan tindakan-tindakannya. Tawadhu, rendah hati dan tidak pernah ujub.

Tidak seperti banyak kalangan saat ini, Mansur terbebas dari keinginan duniawi gila kekuasaan, kehormatan dan kemewahan harta. Karena itulah, Mansur tidak pernah merasa canggung ragu dan apalagi takut untuk menyampaikan kebenaran dan pemikiran atau pendapatnya tentang apa saja dan kepada siapa saja. Otak, hati dan ucapannya tak pernah kelu untuk berbicara apalagi terhadap persoalan-persoalan yang menurutnya prinsipal dan menyangkut kepentingan orang banyak.

Hidupnya tidak selfis memprioritaskan kesenangan dan kemanjaan diri dan orang-orang terdekatnya. Sejak muda Mansur telah terbiasa terpanggil untuk mendedikasikan diri dan siap berkorban demi kepentingan banyak orang dan bangsa. Kewafatannya di penjara adalah bukti benderang kesiapannya menerima resiko apapun dari perjuangannya membela kepentingan banyak orang,  kepentingan bangsa dalam usia yang masih muda. Sangat berbeda jauh dengan banyak orang atau public figure saat ini yang dipenjara karena kejahatan dan perbuatan menjijikkan mereka antara lain korupsi.

Pengetahuannya yang sangat mendalam tentang Islam setelah belajar dari sejumlah ulama sejak dari Surabaya, Madura, Tanah Suci bermadzhab Syafii, dan persentuhan intelektualnya selama di Mesir serta dengan para tokoh/pemimpin bangsa lintas corak pemahaman keislaman dan ideologi politik, menjadikan Mas Mansur sebagai seorang ulama yang berwawasan dan bergaul secara luas. Bacaannya yang baik, kepeduliannya yang tinggi dan keterlibatannya secara langsung dalam menyelesaikan berbagai problem yang dihadapi kebanyakan orang seperti kemiskinan, kesengsaaraan, ketakberdayaan dan kebodohan menunjukkan bahwa Mas Mansur adalah juga seorang Humanis.

Berdirinya RS. Soetomo Surabaya dan tawarannya untuk sebuah model lembaga pendidikan yang mengintegrasikan Islam dan ilmu pengetahuan dan sains misalnya adalah salah satu contoh kongkrit sisi humanis Mansur

Bagi Mansur, sebagaimana yang juga diyakini oleh masyarakat Muhammadiyah, meliberasi atau mengangkat derajat kaum dhaif di samping merupakan tugas kemanusiaan juga tugas/amanah teologis keagamaan yang harus diwujudkan.

Islam adalah agama yang menyediakan prinsip atau nilai-nilai dasar yang agung bagi kemanusiaan dan peradaban. Selain aspek-aspek asketik- spiritual, Islam mendorong perubahan, transformasi sosial kemanusiaan dan kehidupan secara umum. Karena itu, tafsir terhadap al-Qur'an bercorak transformatif-liberatif sehingga kehidupan benar-benar berubah secara positif untuk sebuah tatanan yang juga positif/maslahat. Harus dibangun kepedulian yang kuat untuk menolong orang-orang yang sengsara, tertindas, dhaif melalui gerakan dan amal kongkrit serta membangun sebuah sistem yang baik. Kedaulatan sosial, ekonomi dan politik harus diperjuangkan; kemerdekaan harus diperjuangkan.

Inilah spirit Mansur yang menurut hemat penulis masih sangat relevan bagi Bangsa Indonesia yang hingga hari ini masih dilanda dengan  problem moral yang akut dengan efek publik (sosial, ekonomi, hukum dan politik) yang sangat memprihatinkan. Hidupnya ia dedikasikan untuk ini.

Seperti kaum intelijensia awal abad ke-20 lainnya - selain terus bergerak untuk urusan agama, sosial, pendidikan dan politik - Mas Mansur mengartikulasikan pandangan dan pendapat-pendapatnya di sejumlah buku dan artikel-artikelnya. Di samping masalah-masalah agama (fiqih/ syariah atau yurisprudensi Islam, etika atau akhlaq, aqidah/tauhid atau teologi, mantiq atau logika) Mansur juga memberikan perhatian kepada soal-soal kemasyarakatan dan kebangsaan.

Dalam soal nasionalisme, Mansur berkeyakinan bahwa Islam menyediakan banyak prinsip fundamental untuk memperkokoh bangunan nasionalisme. Dari pandangannya, kuat sekali kesan bahwa Mansur menolak secular nationalism dan chauvinistic nationalism karena di samping tidak sesuai dengan watak bangsa Indonesia,  juga tak sejalan dengan prinsip ajaran Islam.

Bangsa Indonesia adalah relijius dan karena itu nilai-nilai agama haruslah menjadi bagian penting dari nasionalisme. Dalam Islam misalnya, banyak sinyal yang sangat penting antara lain istilah ta'aruf,  ukhuwah, ummah, ta'awun,  syu'ub,  qobail,  qoum dan lain lain. Semua ini sangatlah berharga untuk enriching nasionalisme.

Nasionalisme membutuhkan nilai-nilai luhur agama, karena dengan agama pandangan kebangsaan dan kehidupan sehari-hari akan memperoleh arah yang agung antara lain misalnya kedamaian, keadilan, kemaslahatan umum. Antagonisme (tafarruq) atau konflik atas nama perbedaan agama, suku, bangsa, ekonomi, politik tidak mendapatkan tempat dalam Islam. Yang harus dilakukan adalah mentransformasikan segala perbedaan ini menjadi potensi dan kekuatan berbagai perbedaan itu sebagai pilar bangsa. Karena itu semua orang harus mencintai, merawat, menjaga, membangun dan memajukan bangsa dan tanah air. Yang harus dilakukan, antara lain,  ialah membangun dan memperkokoh integrasi bangsa.

Jadi, sangatlah kuat keyakinan Mansur bahwa Islam sangatlah resourceful untuk persatuan, kesatuan dan NKRI. Sangat kuat juga keyakinan Mansur bahwa kontribusi umat Islam dalam perjuangan kebangsaan tak diragukan yang kemudian berhasil mewujudkan kemerdekaan, Pancasila, UUD dan NKRI.

Keyakinan dan pandangan Mansur masih sangat relevan hingga saat ini. Harus ada upaya serius, sungguh-sungguh dan sistimatis untuk robohkan kezaliman korupsi, diskriminasi dan kejahatan lain (kejahatan kemanusiaan, kejahatan hukum, kejahatan sosial dan lingkungan) dengan cara-cara yang santun dan konstitusional. Semua bentuk kejahatan tersebut tidak sekedar merongrong, akan tetapi merontokkan bangsa dan negara.

Harus ada upaya strategis dan taktis untuk memperjuangkan kemerdekaan atau kedaulatan dari belenggu kekuatan-kekuatan manapun. Kedaulatan rakyat, kedaulatan hukum dan negara, kedaulatan ekonomi, kedaulatan pangan, kedaulatan minerba harus ditegakkan.

Ini setitik pelajaran tentang Mansur, wallahu a'lam. [***]

Penulis adalah dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta, Wakil Ketua Majelis Dikti Litbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan  Ketua Komisi Pendidikan dan Kaderisasi MUI Pusat.​

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA