Mahasiswa mengingatkan pernyataan Rais Aam PBNU dan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, Ma'ruf Amin, yang menyebut Aksi 212 hari ini cenderung politis. Tokoh ulama itu bahkan melarang umat Islam mengikuti aksi tersebut.
Penegasan itu disampaikan Presidium Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Relawan NKRI, Frans Freddy, saat konsolidasi, diskusi dan jumpa pers bertema "Peran Mahasiswa dan Pemuda dalam Merawat Bingkai Keutuhan NKRI" di Balai Pustaka Resto, Jakarta Timur, Selasa (21/2). Turut hadir beberapa perwakilan kampus diantaranya dari Trisakti, Jayabaya, UNJ, UBK, YAI, UKI, dan Karang Taruna.
Menurut Frans, seharusnya para mahasiswa dan pemuda kembali kepada kiblatnya yaitu mengawal berbagai kebijakan pemerintah. Selain mencurigai ada unsur politis, Frans juga mengecam penyampaian orasi dalam Aksi 212 yang mengancam penggulingan pemerintahan yang sah.
"Pernyataan kecurigaan aksi 212 bernuansa politis ini bukan hanya terlontar dari kami saja melainkan KH Ma’ruf Amin juga sama mengatakan demikian. Kami juga kecam orasi yang berujung pada tumbangkan Jokowi dan revolusi," tutur dia.
Masih kata dia, peranan pemuda dan mahasiswa sangat penting untuk mengawal dan merawat keutuhan NKRI. Generasi penerus tidak boleh mudah terprovokasi dan harus tetap konsisten dengan tugasnya sebagai mitra kritis buat pemerintah.
"Harapan besar kami agar gerakan mahasiswa harus benar-benar matang dan harus hadir dengan inovasi yang solutif. Jangan sampai gerakan yang di bangun di tunggangi oleh oknum tak bertanggung jawab sebab akan merusak citra mahasiswa," jelasnya.
Sementara itu, aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Ibrahim Mansyur, meminta rekan-rekannya sesama mahasiswa tetap kritis, bukan terjebak dalam politik praktis.
Lebih lanjut, Frans berpesan kepada seluruh elemen mahasiswa untuk tidak gampang terprovokasi dan cermat menerima informasi. Sikap itu mesti jadi pedoman agar tidak terjadi konflik horizontal di Indonesia.
"Kita sebagai mahasiswa harus menjaga keutuhan dan tetap menjadi mitra kritis pemerintah," tambah Presma YAI, M. Abu Bakar Maulana, dalam kesempatan sama.
[ald]