Jika rakyat Jakarta yang lebih modern saja seperti itu, besar kemungkinan populasi rakyat Indonesia di wilayah mayoritas Muslim berpendapat sama atau lebih buruk lagi.
Dari data ini, bertindaklah dengan arif dan tetap mengedepankan supremasi hukum. Jangan membuat blunder merespon gelombang keresahan ini secara
too little and too late: Terlalu Lambat dan Terlalu Sedikit. Jangan remehkan kasus ini yang ternyata menyentuh rasa keadilan rakyat yang meluas dan mayoritas, seperti yang terpotret di survei.
Inilah rekomendasi paling strategis dari hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI Denny JA) yang baru saja selesai.
Survei dilakukan pada tanggal 31 Oktober- 5 Oktober 2016 di Jakarta. Survei dilakukan secara tatap muka terhadap 440 responden. Responden dipilih dengan menggunakan metode multistage random sampling. Margin of Error survei ini plus minus 4,8 persen. Survei ini dibiayai dengan dana sendiri, dan dilengkapi pula dengan kualitatif riset (FDG/focus group discussion, media analisis, dan depth interview).
Elektabilitas Ahok terus merosot. Saat ini, di November 2016, elektabilitas Ahok sudah di bawah 30 persen, yaitu diangka 24,6 persem. Elektabilitas Ahok turun 6,8 persen dari survei yang sama di bulan Oktober 2016 (31,4 persen). Turun 24,50 persen jika dibanding survei Juli 2016 (49,1 persen). Dan elektabilitas Ahok turun 34,70 persen jika dibanding survei Maret 2016 (59,3 persen).
Kasus dugaan penistaan Agama (Kasus Al Maidah) salah satu faktor utama turunnya suara Ahok di November 2016.
Jika Pilkada DKI Jakarta dilaksanakan pada saat survei dilakukan (November 2016), ketiga kandidat bersaing ketat dalam margin of error. Pasangan Basuki Tjahaya Purnama (AHOK)-Djarot memperoleh dukungan sebesar 24,6 persen. Pasangan Agus H.Yudhoyono-Sylviana memperoleh dukungan 20,9 persen. Dan pasangan Anies-Sandi memperoleh dukungan sebesar 20,0 persen. Mereka yang menyatakan rahasia, tidak menjawab, dan belum memutuskan sebesar 34,50 persen.
Ahok masih di rangking 1. Agus menyodok ke rangking 2. Namun selisih ketiga calon semakin ketat. Selisih ketiganya sudah di bawah
margin of error. Siapapun bisa tersingkir di putaran pertama.
Mengapa AHOK makin merosot? LSI menemukan ada 4 (empat) alasan. Keempat alasan tersebut adalah :
Pertama, efek surat Al Maidah.
Kasus dugaan penistaan agama ini menjadi perhatian publik Jakarta secara luas. Survei LSI menunjukan sebesar 89,30 persen responden menyatakan mereka mengetahui kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok. Hanya dibawah 10 persen saja yang mengatakan tak pernah mendengar.
Dari mereka yang pernah mendengar, sebanyak 73,20 persen menyatakan pernyataan Ahok tersebut sebuah kesalahan. Hanya sebesar 10,50 persen saja yang menyatakan pernyataan tersebut bukan sebuah kesalahan.
Mereka yang menyatakan pernyataan Ahok ini sebuah kesalahan, merata di semua segmen masyarakat. Baik mereka yang laki-laki maupun perempuan, berpendidikan tinggi maupun rendah, ekonomi mapan maupun
wong cilik, berpandangan sama itu kesalahan Ahok.
Di pemilih Muslim, mereka yang menyatakan Ahok bersalah sebesar 77,90 persen. Sementara di pemilih non muslim yang menyatakan Ahok bersalah sebesar 21,20 persen. Ada 33,30 persen mereka yang non muslim yang menyatakan Ahok tidak bersalah. Sementara sebesar 45,50 persen dari pemilih non Muslim tidak bersikap.
Respon pemilih muslim dan non muslim ternyata sangat berbeda soal Ahok untuk kasus surat Al Maidah.
Khusus di pemilih Islam, jika dijabarkan lagi, maka mereka yang Muslim dan menjadi anggota organisasi Islam, cenderung lebih besar prosentasenya menyalahkan Ahok soal surat Al maidah 51, dibanding mereka yang tidak berafiliasi sama sekali.
Baik anggota NU, Muhammadiyah, FPI, rata-rata di atas 80 persen menyalahkan Ahok. Sementara yang tidak berafiliasi dengan Ormas Islam manapun sebesar 64,80 persen menyatakan Ahok Salah.
Muslim yang taat (salah satu indikator yang digunakan adalah sering sholat lima waktu di masjid), juga lebih besar menyalahkan Ahok dibanding mereka yang kurang taat (80, 50 persen vs 72,40 persen)
Selain menilai pernyataan Ahok sebagai sebuah kesalahan, mayoritas publik pun menyatakan pernyataan Ahok soal Al Maidah Ayat 51 itu bentuk penistaan agama.
Ini persepsi publik, terlepas dari proses hukum yang berjalan. Sebesar 65,7 persen menyatakan pernyataan Ahok yang menyentil surat Al Maidah ayat 51 adalah bentuk penistaan agama. Dan hanya 13,5 persen yang menyatakan pernyataan Ahok bukan penistaan agama.
Mayoritas publik pun mendukung adanya proses hukum terhadap Ahok meskipun Ahok telah meminta maaf. Sebesar 63,7 persen menyatakan mendukung proses hukum terhadap Ahok.
Alasan kedua penyebab merosotnya dukungan Ahok di bawah 30 persen, bahkan di bawah 25 persen adalah resistensi atas pemimpin beda agama. Semakin bertambah pemilih muslim yang tidak bersedia mendukung pemimpin karena beda agama.
Saat ini (November 2016), pemilih muslim yang tidak bersedia dipimpin oleh Gubernur Non Muslim sebesar 63,4 persen. Persentase ini naik dari survei Oktober 2016 lalu yang sebesar 55,6 persen. Dan jauh meningkat dibanding survei Maret 2016 yaitu sebesar 40 persen.
Ketiga, tingkat kesukaan (favourability) Ahok makin turun.
Di survei Maret 2016, tingkat kesukaan Ahok masih sebesar 71,3 persen. Di Juli 2016, tingkat kesukaan Ahok sebesar 68,9 persen. Di bulan Oktober 2016, tingkat kesukaan sebesar 58,2 persen. Dan saat ini, di survei November 2016, tingkat kesukaan Ahok sudah dibawah 50 persen yaitu sebesar 48,30 persen.
Keempat, personaliti dan kebijakan Ahok. Turunnya suara Ahok juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lama yang sudah muncul sebelumnya. Faktor personaliti adalah terkait persepsi arogan dan pongah yang tercermin dari cara berbicara dan gaya kepemimpinan Ahok.
Dalam proses hukum nanti Ahok bisa dinyatakan tersangka atauun dibebaskan. Itu akan mempengaruhi tak hanya elektabilitas Ahok di pilkada. Namun juga menentukan suasana politik nasional. Termasuk mempengaruhi opini publik kepada Presiden Jokowi.
Tak heran mengapa people power 4 November 2016 begitu ramai dan publik banyak yang membiayai sendiri kedatangannya. Itu people power terbesar sejak Reformasi 1998.
Data survei menunjukkan mayoritas pemilih memang merasa Ahok bersalah soal agama yang sangat sensitif. Mayoritas pemilihnya merasa ada keadilan yang ingin dituntut. Rasa terganggunya keadilan dan girah agama ini ternyata begitu meluas seperti yang terbaca dari hasil survei LSI.
Kita meminta presiden, menko polkam, kapolri, pemimpin partai lebih membuka mata dan hati, namun tetap mengedepankan supremasi hukum.
[***]
Penulis adalah pendiri Lingkaran Survei Indonesia
BERITA TERKAIT: