Politisi PPP: Capaian Sektor Kesehatan Belum Membanggakan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Selasa, 25 Oktober 2016, 15:07 WIB
Politisi PPP: Capaian Sektor Kesehatan Belum Membanggakan
Okky Asokawati/Net
rmol news logo Sektor kesehatan dinilai belum memiliki capaian yang membanggakan saat ini. Padahal, alokasi anggaran kesehatan sudah sesuai dengan amanat UU Kesehatan.

"Alokasi anggaran kesehatan di era Pemerintahan Jokowi telah memenuhi amanat UU, yakni melebihi angka 5% dari APBN atau mengalami kenaikan sebesar 182 persen dari anggaran sebelumnya. Hal ini tentu patut kita apresiasi," kata Anggota Komisi IX DPR RI Okky Asokawati dalam rilisnya yang diterima Senin (24/10).  

"Namun, besaran anggaran kesehatan sayangnya tidak berbanding lurus dengan capaian di bidang kesehatan," sambungnya.

Politisi PPP ini mencontohkan, angka anak pendek karena kekurangan gizi (stunting) sudah mencapai 30 persen. Padahal, merujuk WHO, angka ideal mestinya di bawah 20 persen. Laju pertumbuhan penduduk juga terus meningkat. Mestinya, kata Okky, jika tahun 2030 Indonesia ingin memaksimalkan bonus demografi, maka syarat utama penduduknya harus sehat. Ini harus segera diatasi.

Okky juga menambahkan bahwa Kementerian Kesehatan masih memiliki banyak tunggakan aturan turunan pelaksana UU berupa Peraturan Pemerintah (PP) yang belum dituntaskan. Di antaranya adalah PP dari UU Kesehatan Jiwa, PP UU Rumah Sakit khususnya RS yang menolak pasien, dan PP Doker Layanan Prima (DLP) seperti diamanatkan UU Pendidikan Kedokteran.

"Sejumlah utang regulasi tersebut mengakibatkan kerja sektor kesehatan Pemerintahan Jokowi tidak maksimal. Presiden harus mengontrol para pembantunya agar bergerak cepat dalam kerja legislasi," ujarnya.

Ditambahkan Sekretaris Dewan Pakar PPP ini, dengan anggaran yang meningkat, mestinya Kemenkes punya banyak terobosan kebijakan.

Pada bagian lain, Okky mendorong Kemenkes gencar melakukan penelitian dan pengembangan dengan melibatkan universitas dan perusahaan swasta terkait dengan pemberdayaan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan produksi obat-obatan. Sektor ini belum digarap serius. Padahal, Indonesia sangat kaya dengan tumbuh-tumbuhan herbal.
 
Dalam layanan BPJS Kesehatan, juga masih banyak ditemukan pasien ditolak RS.
"Ini salah satunya karena paket INA CBGs (sistem pembayaran dengan sistem paket, berdasarkan penyakit yang diderita) yang dinilai tidak menguntungkan RS," tambahnya. [mel]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA