Tokoh perubahan Rizal Ramli, yang sempat digadang-gadang para aktivis pro-demokrasi dan sejumlah ormas, akhirnya tak menjadi calon gubernur. Rizal pun mengucapkan banyak terima kasih kepada lebih dari 50 organisasi masyarakat yang membujuk, berdoa dan berjuang bersama-sama mengubah Jakarta menjadi lebih manusiawi, tanpa tangisan, lebih adil dan lebih asyik.
"Terimakasih terutama kami ucapkan untuk nelayan, rakyat yang digusur semena-mena, kaum marhaen, tokoh-tokoh NU, Muhamadiyah, para habib, tokoh Budha, tokoh Kong Hu Chu, teman-teman pergerakan dari berbagai angkatan, teman-teman alumni ITB, masyarakat Betawi, Sunda, Minang, Jawa, Batak, Maluku, Ambon, Papua, Tinghoa dan Nusa Tenggara di Jakarta. Semuanya begitu bersemangat untuk memperbaiki Jakarta," kata Rizal dalam keterangan beberapa saat lalu (Jumat, 23/9).
Dengan rendah hati, Rizal memohon maaf atas berbagai salah kata dan salah tindakan. Juga bila ada kesalahannya yang selama ini terlalu mengandalkan modal sosial, dan kurang memahami bahwa modal finansial sangat menentukan di era demokrasi liberal yang padat modal ini.
"Ketergantungan itu membuat politik semakin pragmatis dan menjauh dari kepentingan rakyat," jelas Rizal.
Namun demikian, Rizal tetap bersyukur. Sebab apapun dikerjakan untuk kemakmuran bersama tersebut dilakukan dengan kehormatan dan penuh integritas.
"Kami juga bersyukur bahwa dinamika ini membuka kesempatan untuk memperjuangkan nilai-nilai, misi dan program untuk kesejahteraan bersama. Kita tidak boleh menyerah. Bangsa ini terlalu besar, dan cita-cita konstitusi kita terlalu mulia, untuk bertopang hanya pada pragmatisme kerdil. Viva Republika, viva kekuatan rakyat," demikian Rizal.
[ysa]
BERITA TERKAIT: