Djoko Susilo meninggal dunia tadi siang akibat serangan jantung. Selain pernah duduk di tim yang disebut Tim 9 itu, almarhum juga pernah duduk sebagai anggota DPR RI dari Fraksi PAN dan menjabat Duta Besar RI untuk Swiss (2010-2014).
"Innalillahi wa innailahi rojiun. Saya dan jajaran Kemenpora menyampaikan duka yang mendalam. Semoga amal ibadah almarhum diterima Yang Maha Kuasa. Selamat jalan Pak Djoko, berbagai kontribusi bapak pada negara dan bangsa, termasuk kontribusi dalam perjuangan memperbaiki tata kelola sepakbola nasional bakal dikenang,†ujar Menpora, lewat siaran persnya.
Menurutnya, sosok Djoko Susilo merupakan teladan bagi masyarakat, terutama kalangan olahraga. Sebab, ia sangat kritis terhadap persoalan-persoalan besar yang ada di sekitar dan mau terlibat mencari solusi dan jalan perbaikan.
"Kesediaan beliau masuk ke dalam tim bentukan pemerintah guna mengevaluasi dan memperbaiki tata kelola persepakbolaan nasional merupakan contoh bagaimana ia ingin terus memberikan kontribusi memberbaiki kondisi, meski ia sendiri harus berjuang mengatasi kesehatan tubuhnya," tambah Cak Imam.
Djoko Susilo meninggal dunia di Rumah Sakit Ali Sibro, Jalan Warung Silah, Jakarta Selatan karena serangan jantung. Sebelumnya, ia diketahui mengidap penyakit gula. Jenazah akan dibawa ke Rumah duka di Jalan Puri Satria Kav. 29, Taman Imperial Golf Sentul City, Bogor dan rencananya akan dimakamkan di tanah kelahirannya di Boyolali.
Semasa hidupnya, pria kelahiran 6 Juli 1961 ini dikenal sebagai salah satu pecinta sepakbola. Ketika masih menjadi Duta Besar di Swiss, Djoko beberapa kali menyoroti bobroknya tata kelola sepakbola. Inilah yang membuat dipercaya masuk ke dalam Tim Transisi Tata Kelola Sepakbola Indonesia setelah sebelumnya ditunjuk sebagai salah satu anggota Tim Sembilan. Namanya juga masuk ke daftar Tim Kecil yang direncanakan menjadi tim pemerintah Indonesia untuk berdialog dengan FIFA terkait roadmap pembenahan sepakbola Indonesia.
Sebagai anggota Tim Sembilan dan Tim Transisi, Djoko yang juga mantan wartawan ini terbilang kritis terhadap PSSI. Salah satu pernyataan kontroversialnya adalah menyebut PSSI dan klub Liga Super Indonesia (ISL) sebagai sarang mafia dan tempat pencucian uang.
[ald]
BERITA TERKAIT: