Dimas, yang mengenakan kemeja putih dengan pin merah-putih di dada sebelah kanan, bercerita mengenai kedekatannya dengan mantan Presiden RI KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur saat ia masih menjadi jurnalis. Menurutnya Bung Karno dan Gus Dur bukan pemimpin biasa. Ini karena keduanya berani melakukan perubahan dan tulus mencintai serta membela rakyat.
Lebih lanjut, Dimas menjelaskan mengenai arti penting penegasan bahwa Depok merupakan kota Pancasila yang menghargai kemajemukan dan nilai-nilai kebangsaan.
"Depok harus dibangun secara inklusif, transparan dan melibatkan seluruh elemen masyarakat tanpa kecuali. Hasil pembangunan harus bisa dinikmati seluruh warga tanpa membeda-bedakan. Depok adalah miniatur Indonesia yang harus dikelola dengan semangat Pancasila," tegas Dimas dalam keterangannya kepada redaksi, Rabu (19/8).
Dimas juga menyoroti potensi Depok sebagai kota besar, yang posisinya berada di antara DKI Jakarta dan Jawa Barat. Untuk itu ia akan mengupayakan agar Depok menjadikan kota hub yang penting.
"Dengan potensi yang dimiliki, Depok harus bisa menjadi kota yang modern, canggih, dan global. Kita punya dua universitas besar dan komunitas IT kreatif di sini, tapi juga mengakar dan menjaga tradisi-tradisi lokal yang plural, menjaga kebudayaan betawi dan keutamaan Islam Nusantara yang dicirikan banyaknya pesantren di Depok," ujar Dimas.
Selain itu, Dimas juga ingin memajukan Depok dari segi wisata religi yang sangat berpotensi untuk bisa dikembangkan karena Depok memiliki beberapa pesantren.
"Orang dari Jakarta atau dari kota lain sudah banyak yang pusing dengan kerjaannya, mereka butuh sesuatu yang bisa menentramkan jiwa. Depok punya banyak pesantren bisa kita bikin wisata religi dengan bermalam di pondok dan mengikuti serangkaian kegiatan seperti shalat Subuh berjamah, mengaji bersama, sampai mendengarkan khotbah," kata Dimas.
[ian]
BERITA TERKAIT: