"Organisasi ini punya kitab suci namanya AD/ART. Saya kaget tiba-tiba ada plt (pelaksana tugas). Kalau itu (ada plt) betul itu kok rasanya nggak mungkin. Karena Demokrat kan berdasarkan ajaran SBY yang bermartabat, religius, santun. Terlebih saya sampai saat ini belum dapat surat," ujarnya dalam sebuah video yang diputar dalam konferensi pers di STC, Senayan, Jakarta (Senin, 20/4).
Basuki menyesalkan, sikap DPP tidak taat azas dalam memecat kader. Seharusnya, ada teguran, peringatan, hingga membawa ke dewan kehormatan dalam memecat kader. Sayangnya, itu semua tidak pernah diterimanya. Kekesalannya memuncak lantaran surat pemecatannya ditandatangani oleh Ketua Harian Demokrat, Syarief Hassan.
"Saya ini terpilih dalam muscab (musyawarah cabang) kemudian dilantik ketum. Syarif Hasan itu cuma sebagai Ketua Harian, dia nggak berhak mecat. Mestinya beliau ini cukup melaksanakan tugas harian, bukan membuat keputusan seperti itu," sambungnya.
"Saya nggak mau diperlakukan seperti kewan (bahasa Jawa: hewan) oleh Syarif Hasan. Untuk kongres, kami meminta untuk dikembalikan hak kami, karena apa yang dilakukan Syarief Hasan tidak sah. Kami bukan hanya penumpang biasa. Kami sudah berdarah-darah untuk Demokrat," tandas Basuki berapi-api.
[sam]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: