"Sosok yang paling pas adalah memang Pak Jokowi memilih sosok yang sejak awal ikut serta melakukan penggalangan dan pengamanan selama pencalonan maupun pemenangan Jokowi lalu," ujar mantan anggota Komisi I DPR, Helmy Fauzi dalam pesan elektroniknya (Rabu, 5/11).
Helmy menjelaskan posisi Kepala BIN sangat sentral. Sebab, tokoh yang terpilih akan menjadi mata dan telinga presiden. Karena itu, Jokowi harus mempercayai penuh sosok tersebut.
"Mau tidak mau, yang dipilih haruslah memang yang sudah terbukti setia dan mendukung Jokowi sejak dari Pilkada DKI Jakarta hingga pilpres. Ini berarti Kepala BIN haruslah the President's Man," cetus mantan anggota Panja RUU Intelijen Negara ini.
Selain loyalis, lanjut Helmy, Kepala BIN mendatang juga harus memiliki visi intelijen yang baru. Alasannya, di era globalisasi dan demokrasi, bentuk dan hakekat ancaman yang dihadapi Indonesia sudah banyak memiliki perubahan signifikan.
"Dalam situasi yang kompleks saat ini dimana ancaman nir militer yang kian membesar, ideologi yang tidak lagi terdikotomi ditambah maraknya kegiatan radikal serta model kejahatan ekonomi, maka kerja Kepala BIN mendatang akan jauh lebih berat," tandas Presidium Seknas Jokowi ini.
Karena itu, dirinya berharap sosok yang dipilih Jokowi kelak adalah figur yang memiliki paradigma baru mengenai intelijen.
"Sebagai the president man, Kepala BIN mendatang harus lebih visioner dalam menghadapi segala bentuk ancaman masa kini," kata Helmy.
Ramai diwartakan, sejumlah nama disebut sebagai kandidat Kepala BIN. Mereka adalah Fahrul Razi ( Partai Hanura), Sjafrie Sjamsoeddin (eks Wakil Menteri Pertahanan), Sutiyoso (Ketua umum PKPI), As'ad Ali (eks Wakil Kepala BIN) dan Tubagus Hasanuddin (Ketua DPP PDIP).
[dem]
BERITA TERKAIT: