"Ada dua atau tiga nama yang beda tipis. Jadi capres atau cawapres? Akan ditentukan lewat tiga opsi yang masih mungkin diambil oleh kami," kata jurubicara Partai Demokrat, Ruhut Sitompul, kepada
Rakyat Merdeka Online, Senin (12/5).
Pertama, kalau Demokrat merapat ke poros-poros yang sudah ada, tambah Ruhut, maka rekan koalisi atau user (pengguna) yang menentukan.
Opsi kedua, Demokrat membentuk poros baru, maka mengusung calon presiden sendiri. Menurut Ruhut, hanya PKB, PPP dan Partai Nasdem yang sudah tegas-tegas mendukung bakal calon presiden baik Joko Widodo dari PDI Perjuangan maupun Prabowo Subianto dari Partai Gerindra.
"Yang lain masih hitung-hitungan. Kalau membentuk poros baru, kami akan dengarkan penilaian teman-teman itu soal capres-cawapres," ujarnya.
Sedangkan opsi ketiga, Ruhut tegaskan bahwa SBY dan Demokrat selalu siap menjadi oposisi.
"Pak SBY yang katakan kepada saya opsi jadi oposisi itu masih ada," tegasnya.
Demokrat yakin PKB, PPP dan Nasdem belum final menentukan langkah politiknya. Terutama untuk PKB dan PPP, dua rekan Setgab Koalisi di pemerintahan 2009-2014 itu masih terlena nikmatnya berkoalisi dengan Demokrat.
Karena itu, Demokrat masih mempunyai peluang membangun poros koalisi baru.
"Prediksi saya belum bisa dibilang gugur. Selama ini mereka enak di boncengan. Soal Nasdem, kalau mereka tidak
syur dengan cawapres Jokowi, masih bisa kabur," tuturnya bernada yakin.
Dia tekankan bahwa SBY masih memegang "kartu joker" yang dinantikan semua elite politik.
"Itu yang saya salut kepada Pak SBY, betul-betul dia maestro politik. Semua ini ibarat beruang madu, ditaruh madu di hidungnya maka mereka akan ikut," ujarnya.
[ald]
BERITA TERKAIT: