Di bawah kepemimpinan Aburizal Bakrie alias ARB, Golkar tertinggal kurang lebih 5 persen di belakang PDI Perjuangan. Golkar hanya mampu mengumpulkan suara 1 persen dibandingkan perolehan pemilu legislatif 2009.
"Hal tersebut dapat dianggap kegagalan kepemimpinan ARB mengkonsolidasi kekuatan DPD II di daerah-daerah," kata politisi senior Partai Golkar, Zainal Bintang, kepada
Rakyat Merdeka Online, Kamis (10/4).
Menurut Bintang, kegagalan Golkar meraup suara di atas 20 persen antara lain karena beberapa poin. Pertama, mesin partai tidak bekerja maksimal di tangan pengurus DPD di daerah, terutama pengurus Kabupaten/Kota.
Kedua, Tim Sukses pusat ARB atau Ring Satu (Cicip Soetardjo, Rizal Mallarangeng, Fuad Hasan Masyhur dan Idrus Marham) gagal menggalang kader Golkar di daerah.
Karena kegagalan itu, tegas Bintang, lebih baik ARB menyerahkan "tiket" Golkar kepada tokoh Golkar yang lain untuk maju sebagai Cawapres. Dengan cara ini peluang Golkar menjadi Wapres tetap terbuka. Golkar tetap berada di dalam posisi puncak pemerintahan.
"Kalau ARB ngotot berkeras maju jadi Capres, sementara elektabilitasnya rendah, maka Golkar akan kalah dan terlempar dari kursi Wapres," tegas Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Ormas MKGR itu.
Dia juga menekankan bahwa sekaranglah saatnya pimpinan Golkar dari unsur Tri Karya (Kosgoro, Soksi dan Ormas MKGR) "turun gunung" menyelamatkan Golkar dari keterpurukan yang lebih fatal.
[ald]
BERITA TERKAIT: