Martin: Ketulusan dan Jiwa Besar Kunci dari Pelaksanaan Perjanjian Batu Tulis

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/aldi-gultom-1'>ALDI GULTOM</a>
LAPORAN: ALDI GULTOM
  • Senin, 17 Maret 2014, 12:17 WIB
Martin: Ketulusan dan Jiwa Besar Kunci dari Pelaksanaan Perjanjian Batu Tulis
martin hutabarat/net
rmol news logo Perjanjian Batu Tulis semakin tajam menjadi senjata politik Partai Gerindra dan Prabowo Subianto setelah PDI Perjuangan mencalonkan Joko Widodo sebagai kandidat presiden 2014.

Disebutkan politisi senior Partai Gerindra yang juga salah satu anggota tim perundingan, Martin Hutabarat, Perjanjian Batu Tulis benar-benar ada dan dibuat pada malam terakhir sebelum batas waktu pendaftaran pasangan Capres/Cawapres (16 Mei 2009). Namun, perjanjian itu bukan perjanjian yang diaktekan di Notaris.

"Bukan perjanjian yang diaktekan oleh Notaris. Ini adalah perjanjian politik yang dibuat oleh negarawan-negawaran yang menjadi pemimpin dua partai besar yang memiliki visi dan wawasan politik kebangsaan relatif sama," kata Martin kepada Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu (Senin, 17/3).

Anggota Dewan Pembina Gerindra itu menambahkan, dalam perjanjian ini sebenarnya yang dperlukan hanya ketulusan dari masing-masing partai dan pimpinan partai untuk melaksanakannya.

"Ketulusan dan jiwa besar dari pimpinan-pimpinan partai itulah sebenarnya kunci dari dilaksanakannya isi perjanjian tersebut atau tidak," tegas Martin.

Jauh hari lalu Martin menyebutkan bahwa perjanjian itu adalah tonggak dimulainya kerjasama PDIP dengan Gerindra di bidang politik. Di akar rumput, hubungan baik antara PDIP-Gerindra sangat kuat ikatannya, terutama karena garis ideologi kedua partai ini tidak banyak berbeda sebagai partai nasionalis yang berdasar Pancasila.

Tadinya, dia begitu yakin bahwa di Pilpres 2014 Gerindra dan PDIP akan tetap menjadi kawan sejati, tidak hanya karena adanya Perjanjian Batu Tulis tersebut.

Sementara Prabowo Subianto, kepada pimpinan Jawa Pos Group yang menemuinya di Vila 08 Bojong Koneng di Bogor (Sabtu siang lalu, 15/3), mengakui dirinya kaget dan kecewa Mega mengabaikan perjanjian itu begitu saja.

"Saya telah jelaskan tadi bahwa saya dibesarkan sebagai ksatria. Sabda panditho ratu, ucapan pemimpin sama dengan undang-undang. Sakral," ujarnya.

Dalam poin ke-7 perjanjian tertulis, Megawati Soekarnoputri selaku Ketua Umum PDIP akan mendukung Prabowo Subianto selaku Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra untuk menjadi Calon Presiden pada pemilu 2014.

Menurut Prabowo, perjanjian itu dibuat karena kesamaan visi yang ada antara Gerindra dan PDIP menyangkut kecocokan dalam pandangan kebangsaan dan nasionalisme, sehingga muncul keinginan untuk berjuang bersama. [ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA