Arogansi kepemimpinan yang diterapkan oleh kader-kader Golkar di daerah ditunjukkan oleh perilaku pengurusnya yang tidak memberikan penghormatan terhadap tokoh-tokoh Golkar atau kader-kader tua (senior) yang selama ini berperan besar membesarkan Golkar di daerah.
"Sementara di tingkat pusat menaruh kepercayaan tinggi terhadap pengurus di daerah dan yakin bisa memenangkan Pemilu 2014 tanpa mengukur dengan tepat," kata Direktur Eksekutif Lembaga Survei Independen Nusantara, Yasin Mohammad, dalam analisa tertulis bertema "Kenapa Elektabilitas Golkar Macet?" yang diterima
Rakyat Merdeka Online, Sabtu (15/2).
Menurutnya, Golkar pernah terlihat sebagai parpol yang kokoh dan kuat, tidak terpecah belah, bahkan kebal dari serangan luar. Sayangnya Golkar hari ini keropos dari dalam akibat buruknya sistem kaderisasi di daerah.
"Faktor utama daripada kemacetan elektabilitas Golkar adalah buruknya kaderisasi di tingkat daerah," terangnya lagi.
Selain itu, visi misi Golkar dan pendidikan politiknya tidak sampai pada tingkat bawah. Padahal ujung tombak dalam pemenangan Pemilu adalah kader-kader tingkat wilayah.
Dia sarankan, Golkar segera melakukan perbaikan yang menyeluruh dengan kembali menjalankan sistem keorganisasian yang telah digariskan. Kaderisasi harus dievaluasi total dan kembali menjalankan sistem kaderisasi Golkar yang baik, benar dan terukur.
Dibutuhkan terobosan yang luar biasa dari internal Golkar tingkat pusat. Golkar hari ini punya kebutuhan yang sangat mendesak terhadap sosok kader yang bertangan dingin, yang mampu meredam isu-isu korupsi kader-kadernya, dan mampu memberikan pendidikan politik dan mengarahkan seluruh kadernya ke jalan yang seharusnya.
"Dengan begitu, sistem kaderisasi dan keroganisasian dijalankan dengan baik, benar dan terukur dengan merujuk kembali kepada visi-misi, AD ART dan kode etik Partai Golkar," tandas Yasin.
[ald]
BERITA TERKAIT: