Tahun 1998 Golkar sempat mendapat goncangan besar, bahkan dipridiksi oleh para peneliti dan pengamat bahwa Golkar telah habis. Namun, di bawah kendali kader-kader berkualitas dan sistem politik yang dibangun, Golkar tetap berdiri kokoh. Golkar kemudian menuai hasil maksimal dan puncaknya meraih kemenangan pada Pemilu 2004.
Setelah berada di puncak pada tahun 2004, perlahan partai Golkar mengalami tren yang terus menurun, elektabilitas Golkar cenderung stagnan alias tidak naik juga tidak turun. Bahkan, memasuki tahun politik 2014, elektabilitas Golkar malah cenderung menurun meski tidak drastis.
Hasil survei LSIN yang dirilis pada 1 Desember 2013 menunjukkan angka yang stagnan terhadap elektabilitas Golkar, elektabilitas Golkar berada diurutan kedua di bawah PDIP. Tingkat keterpilihan PDIP sebesar 17,3 persen, kemudian Golkar 16,2 persen. Elektabilitas Golkar hanya berkutat pada angka 16-19 persen.
Di mana letak virus yang menggerogoti Golkar sehingga membuat Golkar seolah loyo dan tak bergairah menjelang detik-detik Pemilu 2014? "Golkar sekarang berbeda jauh dengan Golkar yang dulu, Golkar yang dulu bukanlah Golkar yang sekarang," kata Direktur Eksekutif Lembaga Survei Independen Nusantara, Yasin Mohammad, dalam surat elektronik yang diterima
Rakyat Merdeka Online, Sabtu (15/2).
Hasil Analisis LSIN menunjukkan bahwa macetnya elektabilitas Golkar disebabkan oleh tidak maksimalnya kader-kader Golkar di tingkat pusat dan daerah dalam upaya menjalankan sistem organisasi partai yang baik, benar dan terukur. Sehingga, mesin politik Golkar berjalan secara tidak maksimal sebagaimana mestinya.
"Mesin politik Golkar hari ini mestinya sudah harus masuk gigi 4 dengan kecepatan mendekati 100 km/jam, tapi faktanya Golkar hari ini masih di gigi 1 dengan kecepatan 20 km/jam. Sehingga laju Golkar tertinggal jauh oleh rival-rival politiknya," ujar dia.
[ald]
BERITA TERKAIT: