Global Statesman Award merupakan penghargaan atas apa yang telah dilakukan Presiden SBY selama 10 tahun terakhir dalam memberikan arah dan visi bagi kiprah Indonesia di dunia internasional, terutama terkait dengan pembangunan ekonomi, kemanusiaan dan demokrasi.
Menurut Juru Bicara DPP Partai Demokrat Ikhsan Modjo, penghargaan ini juga merupakan kebanggaan bagi rakyat Indonesia atas diakuinya kiprah kepemimpinan SBY di pentas dunia.
"Penghargaan ini bukan sesuatu yang sekonyong-konyong diberikan. Tapi merupakan penilaian panjang dari kiprah dan pengabdian beliau selama menjadi pemimpin di Indonesia," ujar Ikhsan sesaat lalu (Kamis, 23/1).
Alasannya, sepuluh tahun memimpin Indonesia, Presiden SBY telah memiliki banyak jasa yang dicatat oleh dunia.
Jasa-jasa itu antara lain menciptakan perdamaian Aceh (2005), revitalisasi ekonomi Indonesia setelah ambruk pada saat krisis 1999-2003, serta melanjutkan dan memperkuat reformasi di bidang politik dan demokrasi di Indonesia.
"Presiden SBY sebagai kader utama Partai Demokrat telah menunjukkan kepada Indonesia dan dunia bahwa politik adalah jalan pengabdian dan partisipasi pada kehidupan publik. Partisipasi dan pengabdian beliau ini akan menjadi catatan sejarah dan panutan bagi kami para kader Partai Demokrat dalam melakukan kiprah di ranah publik," ungkap Ikhsan.
Demokrat semakin mengapresiasi karena SBY tidak menghadiri acara yang digelar WEF tersebut menyusul kesibukannya mengurus bencana yang terjadi di Tanah Air. Presiden telah mengutus Menkeu Chatib Basri sebagai wakil.
"Beliau memutuskan tidak hadir di Davos. Ini sebagai wujud bahwa beliau lebih peduli terhadap kondisi rakyatnya. Harus kita apresiasi sikap beliau karena mengutamakan kepentingan rakyat," tandas caleg DPR-RI dari Dapil Jember dan Lumajang ini.
[zul]
BERITA TERKAIT: