Survei terakhir LIPI yang dirilis 27 Juni lalu menunjukkan Jokowi sebagai capres paling populer (24,2 persen), di bawahnya ada Prabowo Subianto (22,6 persen), Aburizal Bakrie (9,4 persen) dan Megawati Soekarnoputri (9,3 persen).
Pengamat politik Hanta Yuda mengatakan, momentum Jokowi sebagai capres ada pada pemilu 2014, karena kalau di 2019 belum tentu meskipun ia setuju penuntasan tugas sebagai Gubernur DKI harus diselesaikan.
"Momentumnya 2014. Orang Indonesia mengidolakan seseorang itu kan pendek, gak panjang. Selanjutnya 2019 itu mungkin nanti sudah ada tokoh baru," ujar Hanta kepada
Rakyat Merdeka Online, Selasa (9/7).
Lalu bagaimana peluang mantan walikota Solo itu diusung lewat partai lain. Hanta yang juga Direktur Eksekutif Pol-Tracking Institute itu melihat, akan sangat berbeda Jokowi nyapres lewat PDIP ketimbang lewat partai lain.
"Kalau lewat PDIP itu sangat pas, karena ia akan dinilai loyal partai dan pada Mega. Kalau tiketnya dari partai lain, dia akan dinilai lompat pagar dan paragmatis," jelas Hanta.
Selanjutnya peluang Jokowi menang lebih besar bila diusung partainya dibandingkan diusung partai lain, semacam diusung Partai Demokrat yang juga hingga kini belum memiliki capres.
Hanta menambahkan, meski belum jelas, saat ini PDIP menimang-nimang empat skenario dalam menentukan capres-cawapres pilpres 2014. yaitu; Mega-kader/tokoh lain, Mega-Jokowi, Jokowi-Puan Maharani dan Jokowi-kader/tokoh lain.
"Ini masih sekenario, yang tahu itu Mega dan Tuhan," tandasnya.
[rsn]
BERITA TERKAIT: