Siapa tokoh sipil yang paling layak untuk berkompetisi di Pilpres 2014? Yang kami libatkan dalam nominasi adalah Aburizal Bakrie, Dahlan Iskan, Gita Wirjawan, Hatta Rajasa, Isran Noor, Megawati Soekarnoputri, Rizal Ramli dan Sri Mulyani
Dari sejak awal poling dibuka, dua nama teratas bersifat konstan, yaitu ekonom senior Rizal Ramli (27,2 persen) dan Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan (20,3 persen). Tidak terlalu mengejutkan, karena dua orang ini acap kali disebut beberapa lembaga riset politik sebagai tokoh alternatif yang paling favorit dijagokan untuk berlaga di Pilpres 2014.
Mungkin saja salah satu faktor yang membuat Rizal dan Dahlan jadi teratas, selain faktor reputasi yang bersih dan prestasi gemilang, adalah independensi mereka dari lingkungan parpol, yang notabene mendapat predikat jelek karena korup dan pragmatis. Hal itu terlihat dari dominasi para kader parpol dalam daftar tersangka dan terdakwa di Komisi Pemberantasan Korupsi juga Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.
Orang parpol cuma bisa unjuk gigi di urutan tiga. Megawati Soekarnoputri (14,5 persen) adalah tokoh "jadul" yang masih kharismatik di mata pendukungnya. Sudah pernah dua kali kalah dalam pemilihan sebelumnya (2004 dan 2009). Belakangan ini, saat poling berjalan, Mega dan PDI Perjuangan menjadi "playmaker" bursa pencalonan karena memberi sinyal adanya regenerasi pencapresan. Nama Ketua DPP PDIP, Puan Maharani, yang adalah putrinya sendiri, dan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, yang fenomenal, menggebrak konstelasi. Terutama, Jokowi. Digosipkan, Mega lebih memilih untuk maju bersama Jokowi, ketimbang mesti melepas sepenuhnya tongkat estafet, dalam pemilihan presiden.
Yang mengejutkan adalah keberadaan Sri Mulyani (12,5 persen) kokoh di tangga keempat poling. Mantan Menteri Keuangan ini tak pernah sedikitpun memberi tanda-tanda akan maju ke "ring" pencapresan. Apalagi, Sri Mulyani hampir tidak pernah berjumpa rakyat dan "narsis" di media-media nasional, layaknya seorang kandidat. Sri sudah berada di Washington CS, AS, untuk menjabat Direktur Bank Dunia, sejak awal 2010. Namanya pun kontroversial, selaku Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) diyakini mengetahui persis latar belakang kejahatan besar berbalut dana talangan ke Bank Century. Beberapa waktu lalu, KPK sampai terbang ke Washington untuk memeriksanya demi kesaksian penting.
Justru nama Hatta Rajasa (10,7 persen) yang sebetulnya mengantongi dukungan solid Partai Amanat Nasional PAN) dan punya karir gemilang di bidang politik, harus rela berada di bawah Sri Mulyani. Hatta pernah menjabat Menteri Riset Teknologi, Menteri Perhubungan, Menteri Sekretaris Negara dan Menko Perekonomian. Perjalanan partainya sebagai partai menengah yang dilahirkan dari rahim reformasi 98 dengan tokoh Amien Rais, sepertinya tidak cukup mengkatrol elektabilitas capres tunggal PAN ini.
Demikian pula Aburizal Bakrie (7,5 persen). Dengan mesin politik partai yang sangat rapih dan mengakar di kalangan rakyat, ditambah kerja keras lembaga pencitraannya, Lingkaran Survei Indonesia, Aburizal alias Ical alias ARB, hanya mampu berada di urutan ke enam poling ini. Sebelum 2013, nama ARB tidak pernah dijagokan di hampir setiap survei. Elektabilitasnya pas-pasan. Belakangan ini saja Lingkaran Survei Indonesia (LSI) “berhasil†mengkatrol elektabilitas ARB secara jor-joran dengan cara konvensional maupun non-konvensional. ARB makin sering tampil di layar kaca, makin banyak terpajang di spanduk atau poster. Elektabilitas Ketum Partai Golkar ini pun sempat dikerek dengan cara memasangkannya (mencatut) dengan tokoh yang paling populer saat ini, Jokowi.
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan (4,9 persen) dan kader Partai Demokrat, Isran Noor (2,3 persen), tetap setia di nomor buncit. Bahkan, angka perolehan mereka cenderung mengempis dari sejak awal poling.
[ald]
BERITA TERKAIT: