"Narkoba lebih jahat dari terorisme, karena korban ini berkelanjutan dan jarang diketahui. Karena itu butuh dukungan semua pihak untuk memeranginya," kata Sambudiyono pada Raker Pemberdayaan Alternatif untuk Memerangi Narkoba di Pekanbaru, Selasa.
Ia mengatakan, hasil penelitian BNN dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia periode 2011 menunjukkan angka prevalensi penyalahgunaan narkoba sebesar 2,2 persen atau setara dengan 3,8-4,2 juta orang. Angka tersebut di bawah proyeksi angka prevalensi internasional, sebesar 2,32 persen, namun naik dibandingkan angka prevalensi di Indonesia tahun 2008 yang mencapai 0,21 persen.
Dalam penelitian itu bisa diketahui bahwa tingkat prevalensi pada 2015 akan mencapai 2,8 persen atau setara dengan 5,1 juta orang, apabila tidak dilakukan upaya kuat dari semua pihak untuk memerangi narkoba di Tanah Air.
"Karena kalau kita bersatu, saya yakin tidak akan mencapai 2,8 persen itu," katanya.
Ia mengatakan, peredaran narkoba kini makin canggih dan melibatkan banyak uang yang juga melibatkan jaringan lintas negara. Jaringan narkoba tersebut bahkan terus secara intensif melakukan propaganda untuk memuluskan kejahatan mereka di tengah masyarakat.
"Orang kaya, miskin, hakim, sampai artis bisa terkena narkoba," katanya.
Menurut dia, benteng terkuat untuk memerangi narkoba berada pada keluarga. Meski begitu, ia mengakui tingkat pengetahuan orang tua terhadap narkoba masih sangat kurang.
[ant/wid]
BERITA TERKAIT: