"Tidaklah, kalau idealis dia (Hary Tanoe) tidak akan jadi pengusaha," kata mantan aktivis HMI, Eggi Sudjana, kepada
Rakyat Merdeka Online, Selasa (22/1).
Menurut Eggi, tidak ada logikanya seorang pengusaha idealis karena orientasi mereka profit. Segala cara dihalalkan yang penting meraup untung.
"Yang disebut idealis itu pejuang atau aktifis, baru pas," katanya.
Eggi yang kondang sebagai pengacara mengatakan predikat idealis bagi seseorang mesti dilihat dari track recordnya. Sementara track record Hary Tanoe selama ini tidak begitu baik. Dia punya banyak kasus antara lain jual beli saham tidak pas lewat Bhakti Investastama, ribut urusan Bimantara sama Bambang Trihatmojo maupun dengan Tutut Soeharto dengan kasus TPI-nya.
"Dia juga pernah ribut dengan saya soal Jaguar yang di kasih ke Sudi Silalahi, Andi Mallarangeng dan lainnya. Inikan contoh track record dia yang buruk," kata Egy.
Pernyataan Marzuki Alie, menurut Eggi, tak lebih sebagai upaya Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat itu mengamini keluarnya Hary Tanoe dari Partai Nasdem. Dia senang dan berterimakasih karena Hary Tanoe keluar dan partai Nasdem benar-benar pecah.
"Omongan seperti itu meledek. Janganlah begitu, keliatan nyeneng-nyenengin padahal maksudnya senang dengan pecahnya partai Nasdem. Jangan jadi orang yang seneng melihat yang dirundung kesusahan," kata Eggi mengingatkan Marzuki.
Sekalipun begitu, sebagai orang yang pernah bermasalah dengan Hary Tanoe, Egy mengaku tetap salut karena dia berani terjun ke politik di tengah sikap kebanyakan pengusaha menghindari dunia politik.
"Dia pernah bilang jarang pengusaha yang berani terjun ke dunia politik, tapi dia membuktikannya. Nah sekarang dia keluar lagi, jadi omongannya itu tidak pas," sindir Eggi.
[dem]
BERITA TERKAIT: