Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kepala BNPT: Terjadi Peningkatan Konsolidasi dan Proses Radikalisasi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/jonris-purba-1'>JONRIS PURBA</a>
LAPORAN: JONRIS PURBA
  • Rabu, 21 Februari 2024, 21:56 WIB
Kepala BNPT: Terjadi Peningkatan Konsolidasi dan Proses Radikalisasi
Kepala BNPT Rycko Amelza Dahniel bersama Plt Menkopolhukam saat Rakernas BNPT 2024/Ist
rmol news logo Indonesia terbebas dari serangan teroris secara terbuka sepanjang tahun 2023. Namun demikian, hal ini tidak dapat diartikan bahwa Indonesia sudah terbebas dari potensi serangan aksi terorisme tersebut.

Demikian disampaikan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BPNT) Rycko Amelza Dahnile pada Rakernas BNPT 2024 di Jakarta, Selasa (20/2). Rakernas kali ini mengusung tema “Melindungi Perempuan, Anak, dan Remaja dari Ideologi Radikal Terorisme untuk Mempercepat Transformasi Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan” dengan slogan “BNPT Hadir untuk Perempuan, Anak, dan Remaja Indonesia”.

“Alhamdulillah, sepanjang tahun 2023, tidak ada satu pun serangan teroris secara terbuka yang terjadi di Indonesia atau zero terrorist attack,” kata Rycko.

Namun demikian, Rycko mengingatkan seluruh pihak untuk tetap waspada. Ia mengibaratkan fenomena nihil serangan teroris ini dengan teori gunung es, yakni tidak muncul di permukaan bukan berarti tidak ada pergerakan di bagian bawah.

“Di bawah permukaan terjadi peningkatan konsolidasi dan proses radikalisasi,” ujarnya.

Sebelumnya, Plt. Menko Polhukam, Tito Karnavian menyarankan kepada BNPT untuk membuat program pencegahan yang lebih sistematis berbasis keilmuan. Dalam hal ini, Tito menilai perlu adanya program yang disesuaikan dengan tingkatan terpapar seseorang dengan terorisme.

“Yang pertama saya lihat, program untuk para rekruter, mereka yang sudah terekspos paham takfiri dan salafi jihadi (ideologi yang mengarah kepada terorisme), maka dibuat program deradikalisasi, yaitu mereka yang sudah radikal dinetralisir kembali menjadi moderat,” tuturnya.

Kemudian, untuk kelompok yang rentan terpapar terorisme, yakni perempuan, remaja, dan anak-anak, maka perlu program kontra radikalisasi. “Tujuannya apa? Untuk membuat mereka kebal, supaya mereka divaksin, supaya mereka tidak terkena paham radikal itu dan menolak bahkan aktif menolak paham radikal itu,” katanya.

Berikutnya, dia menyebut soal program netralisir ideologi terorisme dengan cara menyebarkan ideologi tandingan seperti ideologi Islam Nusantara, Pancasila, kebhinekaan, dan pluralisme.

“Ini bisa juga mengajak para akademisi yang paham, yang mengerti tentang keilmuan mereka. Bisa juga yang paling efektif adalah mengundang internal karena mereka memiliki budaya percaya orang dalam,” imbuh Tito.

Rakernas ini dihadiri forum komunikasi pencegahan dari berbagai provinsi termasuk jajaran kabid penelitian seperti Dr Bakhrul Khair Amal yang merupakan akademisi dari Unimed.rmol news logo article
EDITOR: JONRIS PURBA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA