Menurut Kapolri Jendral Tito Karnavian, kapal yang digunakan tersangka berangkat dari Taiwan dan menjemput narkoba dari wilayah Indocina dengan cara
ship to ship."Mereka menggunakan jalur laut.
Ship to ship. Menggunakan kapal pesiar dari Taiwan, laut China Selatan ke Johor, masuk selat Malaka mengambil barang di perairan Myanmar," terang Kapolri di Mapolda Metro Jaya, Kamis (20/7).
Setelah itu barang bukti sabu diangkut menggunakan kapal kecil bernama Wanderlust. Kemudian, sabu diantarkan menuju pantai Anyer, Banten.
Lalu, manifes sabu itu didistribusikan kepada empat komplotan WNA Taiwan menggunakan perahu karet. Namun, aksi tersebut digagalkan tim Gabungan Polda Metro Jaya, Kamis (13/7) lalu.
Dari penangkapan tersebut, bos atau pengendali sabu distribusi Tiongkok, Lin Ming Hui, ditembak mati oleh petugas. Karena melawan petugas saat hendak ditangkap.
Sedangkan, tiga tersangka lain, rekan Lin, juga ikut diamankan. Yaitu, Chen Wei Cyuan, Liao Guan Yu dan Hsu Yung Li.
Hasil pengembangan dari para tersangka, polisi kembali mengamankan lima anak buah kapal (ABK) asal Taiwan di perairan Mapor-Tanjung Berakit, Batam, Sabtu (15/7). Berikut barang bukti kapal Wandrlust.
"Kapal-kapal pengejar beacukai dan Polair menangkap kapal itu di Batam. Tapi, masih ada narkoba jenis lain yang mungkin diselipkan. Oleh karena itu kapal ini tengah diperiksa secara ditel," terang Tito.
Sementara itu, Deputi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional (BNN) Irjen Arman Depari mengatakan, kapal yang membawa sabu satu ton tersebut, sudah menjadi buruan aparat penegak hukum dari empat negara.
Apalagi, jalur sungai Mekong memang kerap dijadikan area operasional. Khususnya bagi para sindikat pengedar narkoba.
"Sumber narkoba sintetis ini bukan lagi dari segitiga emas sepeti tahun lalu. Tapi sekarang bergeser ke sungai Mekong, di sanalah sindikat ini bekerja," ungkap Arman.
[zul]
BERITA TERKAIT: