"BIN telah gagal mendeteksi gangguan keamanan di Jakarta. Bagaimana dengan wilayah di seluruh Indonesia, di Jakarta yang notabene ibukota negara saja teroris bisa leluasa mempertontokan kejahatannya," kata peneliti utama The Jokowi Insitute Amir Hamzah di Jakarta tadi malam (Kamis, 14/1).
Amir Hamzah menyayangkan tragedi bom bunuh diri dan serangan teroris di Starbuck kemudian disusul di pos polisi Sarinah. Sutoyoso seharusnya malu dengan teror bom yang mewaskan 7 orang itu.
"Itu terjadi tidak jauh dari pusat kekuasaan negara. Kami meminta kebesaran dan kedewasaan Sutiyoso untuk mundur dari Kepala BIN secepatnya," desak Amir.
Dijelaskannya, sekecil apapun pergerakan teroris di Indonesia seharusnya bisa 'tercium' oleh Sutiyoso dengan seluruh instrumen yang dimilikinya.
"Presiden Jokowi jangan mau mempertaruhkan jabatan pimpinan intelijen hanya karena ingin memberikan hadiah penghargaan pada Sutiyoso. Jangan karena partai Sutiyoso ikut mengusung di Pilpres, lantas sekarang rakyat yang menderita," tegasnya.
Menurut Amir, akibat ketidakbecusan BIN mendeteksi aksi terorisme membuat masyarakat menjadi korban. Dia mengutuk keras aksi teror yang dilakukan kelompok jahat beraliran radikal itu.
"Bayangkan saja bagaimana kalau keluarga kita sendiri yang menjadi korban dalam aksi terorisme yang jahat itu. Masa kita harus mengalami kepahitan baru menyadari ada kelalaian instrumen intelijen," tukasnya.
[dem]
BERITA TERKAIT: