“Mereka bergerak sangat cepat dan segera kabur. Aksi perompakan yang sangat meresahkan dan membahayakan dunia pelayaran ini harus segera dihentikan,†kata Hanafi Rustandi, Ketua ITF (International Transport worker’s Federation) Asia Pasifik, di Jakarta, Jumat (8/8).
Menurut Hanafi, selat Malaka yang berbatasan langsung dengan tiga negara (Indonesia, Malaysia, Singapura), merupakan salah satu perairan tersibuk di dunia yang dilintasi kapal-kapal internasional. Intensitas pelayaran yang tinggi ini harus dilindungi dan diamankan dari aksi-aksi kejahatan di laut. Karena itu, Hanafi menambahkan, keamanan Selat Malaka menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah Indonesia, Malaysia dan Singapura.
Daerah yang berbahaya terhadap perompakan adalah perairan antara Pulau Rupat (Indonesia) dengan Port Dickson (Malaysia), serta perairan antara Pulau Karimun Besar, Pulau Kundur, Batam (Indonesia) dengan Singapura.
Dalam konteks ini, kata Hanafi, selain meningkatkan intensitas patroli di laut, pemerintah Indonesia juga perlu meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan Malaysia dan Singapura dalam upaya menghentikan aksi perompakan di Selat Malaka.
Ketiga negara selama ini telah menjalin kerjasama dalam pengamanan Selat Malaka. Namun kerjasama itu, lanjut Hanafi, perlu diintensifkan sehubungan meningkatnya aksi perompakan di selat tersibuk di dunia tersebut.
“Presiden baru yang akan memimpin Indonesia lima tahun ke depan harus memprioritaskan keamanan Selat Malaka, karena selat ini menjadi urat nadi perekonomian dunia, khususnya bagi kepentingan Indonesia,†kata Hanafi Rustandi yang juga Presiden Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI).
Selama tahun 2014, setidaknya terjadi 9 kasus perompakan kapal. Dua kasus terakhir yang menonjol perompakan terhadap tanker MT Oriental Glory pada 15 Juli 2014 dan perompakan tanker MT Moresby berbendera Honduras yang terjadi pada 4 Juli 2014.
Tanker MT Oriental Glory yang bermuatan 2.500 ton minyak diserang perompak dalam perjalanan dari Sandakan (Malaysia) ke Pulau Bintan (Indonesia). Sebelum kabur, perompak menyandera awak kapal, serta merusak peralatan komunikasi dan mesin kapal.
Sebelumnya perompakan juga menimpa MT Moresby yang mengakut 2.200 metrik ton dari Kepulauan Anambas (4/7). Tanker ini sempat dilaporkan hilang oleh pemilik kapal karena kehilangan kontak awak kapal, tapi sehari kemudian ditemukan kembali. Dalam kasus tersebut tidak ada korban jiwa. Namun tidak dilaporkan jumlah kerugian yang dialami pemilik kapal maupun awak kapal.
[dem]
BERITA TERKAIT: