Prinsip Intelijen, Kalau Dibobol Lebih Baik Silent dan Tingkatkan Keamanan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/widian-vebriyanto-1'>WIDIAN VEBRIYANTO</a>
LAPORAN: WIDIAN VEBRIYANTO
  • Jumat, 22 November 2013, 15:45 WIB
Prinsip Intelijen, Kalau Dibobol Lebih Baik <i>Silent</i> dan Tingkatkan Keamanan
foto: net
rmol news logo Dunia intelijen yang mengandung praktik penyadapan menarik dibicarakan publik belakangan ini setelah terungkapnya operasi penyadapan Amerika Serikat dan Australia kepada para petinggi negara Indonesia.

Kepala Lemsaneg, Mayor Jenderal Djoko Setiadi, dalam konferensi pers di kantor Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg), kawasan Ragunan, Jakarta, Jumat (22/11), mengatakan, semua alat yang tersambung dengan gelombang elektromagnetik pasti bisa disadap. Karena itu, sulit bagi suatu negara untuk menghindari diri dari penyadapan.

"Cara paling aman adalah menyandikan atau mengenkripsi data penting dalam perbincangan," ujarnya.

Dalam dunia maya, lanjutnya, dampak penyadapan bisa dirasakan. Namun sulit untuk mengetahui siapa yang jadi aktor.

"Kami tidak bisa memastikan siapa yang melakukan, walau tahu dan bisa merasakan ada penyadapan," ujarnya.

Ia mencontohkan kasus ditemukannya beberapa alat sadap di salah satu Kedutaan Besar Indonesia di luar negeri. Sayangnya, Lemsaneg sulit mengidentifikasi siapa yang memasang alat tersebut lantaran tidak ada informasi memadai mengenai pemasangan alat itu.

"Hanya ada satu prinsip di dunia intelijen, yaitu saat kita dibobol maka kita lebih baik silent dan meningkatkan keamanan kita. Bahkan kalau perlu membuat jebakan," tandasnya. [ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA